KEGIATAN 3
RANGKAIAN
SERI RLC
DAN
FENOMENA
RESONANSI
I. TUJUAN
1. Dapat
memahami tentang karakteristik rangkaian AC seri.
2. Dapat
memahami tentang rangkaian RL seri, Rc seri dan RLC seri.
3. Dapat
memahami tentang resonansi pada rangkaian RLC.
4. Dapat
memahami daya listrik pada rangkaian AC seri.
II. DASAR TEORI
Rangakaian RLC
adalah rangkaian listrik yang di dalamnya menganadung resitor, kapasitor dana
induktor yang saling terhubung satu sama lain secara paralel maupun seri (Samsul,
2014:39).
Menurut
Feriadi (2007) Impedansi suatu rangkaian RLC seri bergantug pada
frekuensi. Karena reaktansi induktif sebanding lurus dan reaktansi kapasitif
berbanding terbalik dengan frekuensi. Besarnya arus AC ( I ) yang mengalir pada
rangkaian RLC seri bergantung pada besarnya tegangan dan impedansi ( Z ).
Misalkan
kita mempunyai sebuah hambatan R, inductor L, dan kapasitor c yang terangkai
secara seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan-tegangan tetap Va (t)
seperti pada gambar berikut :
Menurut Blocher (2004) Kalau resitor,
kumparan dan kondensator dirangkai secar seri maka akan didapatkan skema
rangkaian secara seri maka akan di dapatkan skema rangkaian seperti dalam
gambar berikut :
Impedansi dari rangkaian ini terdapat dari jumlah impedansi dari komponen masing-masing :
The effect of an ac
sinosiodal signal on the basic R, L, and C elements will now be examined. Although
certain statements of fact will have to be made without full derivation or
explanation, be assured that the material will be more than complete to permit
a full understanding of the more advanced material to follow ( Boylestad,
1989 : 121 ).
Misalkan kita mempunyai
suatu sumber tegangan tetap Vs (t) dan kita hubungkan dengan suatu rangkaian
yang terdiri dari suatu hambtan R, induktansi L, dan suatu kapasitor c yang di
hubungkan seri seerti pada gambar :
Arus
,
dengan Vs adala tegangan RMS kompleks sumber. Impedansi
mempunyai modulus (besar) :
sehingga
Persamaan
diatas menunjukkan arus I berubah dengan frekuensi dan mencapai nilai meksimum
untuk frekuensi dimana :
Jika
dilukiskan grafik antara arus I terhadap
, akan diperoleh grafik seperti gambar :
Tampak bahwa arus
mempunyai nilai bersar di dekat frekuensi
Dalam hal ini dikatakan terjadi resonansi, dan
frekuensi
disebut frekuensi resonansi.
Kita dapat mengamati
resonansi pada tegangan di dalan suatu rangkaian RLC seri jika kita gunakan
suatu sumber arus tetap, seperti pada gambar:
Gambar
: (a) Rangkaiana RLC seri dengan sumber arus tetap. (b) Dengan menambahkan R
seri dengan isyarat ke luaran diperoleh sumber arus tetap.
Lebar
resonansi Δω didefenisikan sebagai:
Dari bentuk lengkung RLC seri, rangkaian
RLC seri dapat dipandang sebagai suatu tapis yang menyakat suatu daerah
frekuensi dan meneruskan frekuensi yang lain. Tapis semacam ini disebut tapis
sekat pita.
W+
dan w- adalah frekuensi dimna Vab =
Vab
min, atau 3 db diata Vab min. Frekuensi w+ dan w-
disebut frekuensi 3 db. Jadi Δw adalah lebar resonansi pad a3 db diatas
minimum. Selanjutnya dari persamaan diatas semakin besar Q makin sempit dam
makin dalam lengkung resonansi, oleh karena dengan Q yang besar berarti R
kecil. Akibatnya Vmin = RI juga makin rendah (Sutrisno, 1986 :
48-51).
III.
ALAT DAN KOMPONEN
1. AFG : 1 buah
2. Oscilloscope : 1 buah
3. Multimeter
digital : 2 buah
4. Resistor : 1 buah
5. Induktor : 1 buah
6. Kapasitor : 1 buah
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dibuat
rangkaian seperti pada gambar.
2. Dinyalakan
AFG.
3. Dengan
memperhatikan voltmeter, diatur tegangan awal keluaran AFG pada 3 volt.
4. Diusahakan
tegangan v tersebut dipertahankan konstan pada 5 volt.
5. Diatur
frekuensi AFG pada 10 KHZ
6. Dicatat
nilai parameter yang ditunjukkan alat ukur, I, VR,dan VL pada tabel hasil
percobaan.
7. Diulangi
langkah sampai dengan frekuensi yang bervariasi sesuai dengan tabel.
8. Dibuat
rangkaian seperti pada gambar.
9. Diulangi
langkah smapai untuk rangkaian RC, dan mengganti parameter teganagn VL dengan
VC.
10. Dibuat
rangkaian seperti pada gambar.
11. Diulangi
langkah sampai untuk rangkaian RLC, dengan menambahkan VC sebagai parameter
yang diukur.
Disusun rangkaian seperti pada gambar
berikut:
12. Dengan
frekuensi sumber sinyal yang divariasi antara ujung-ujung:
a. Induktor
( VL ) atau tititk-titik S dan T.
b. Resitor ( VR ) atau antara titik-titik T dan U
c. Sumber
sinyal ( VS ) atau antara titik-titk S dan U,
13. Jika
mungkin, diukur pula kuat arus ( mA ) yang mengalir dalam rangkaian itu untuk
setiap harga frekuensi tersebut. Hasil pengukurannya dimasukkan ke dalam tabel
pencatatan data seperti berikut :
Disusun rangkaian seperti gambar berikut
:
14. Dengan
frekuensi sumber sinyal yang divariasi antara 10 HZ hingga 10 KHZ, diukurlah
teganagn antara ujung-ujung :
a.
Induktor ( VL ) atau tititk-titik S dan
T.
b.
Resitor
( VR ) atau antara titik-titik T dan U
c.
Sumber sinyal ( VS ) atau antara
titik-titk S dan U,
15.
Jika mungkin, diukur pula kuat arus (mA)
yang mengalir dalam rangkaian itu untuk setiap harga frekuensi tersebut. Hasil
pengukurannya dimasukkan kedalam tabel pencatatan data seperti berikut :
Disusunlah rangkaian
seperti berikut :
16. Dengan
frekuensi sumber sinyal yang divariasi antara 10 HZ hingga 10 KHZ, diukurlah
teganagn antara ujung-ujung :
a. Induktor ( VL ) atau
tititk-titik S dan T.
b. kapasitor ( VC )
atau antara titik-titik T dan U
c. Sumber sinyal ( VS )
atau antara titik-titk S dan U,
d. pada frekuensi
berapa VL = VC, dicarilah hingga ditemukan keadaan,
frekuensi tersebut tidak harus terletak didalam interal frekuensi diatas.
17.
Jika mungkin, diukur pula kuat arus (mA)
yang mengalir dalam rangkaian itu untuk setiap harga frekuensi tersebut. Hasil
pengukurannya dimasukkan kedalam tabel pencatatan data seperti berikut :
Disusun rangkaian seperti berikut :
18. Dengan
frekuensi sumber sinyal yang divariasi antara 100 HZ hingga 10 KHZ, diukurlah
teganagn antara ujung-ujung :
a.
Induktor ( VL ) atau tititk-titik S dan
T.
b.
Resitor
( VR ) atau antara titik-titik A dan S
c.
Kapasitor ( VC ) atau antara titik-titik
T dan B
d.
Sumber sinyal ( VS ) atau antara titik-titk
A dan B,
e.
Pada frekuensi berapa VL = VC,
carilah hingga ditemukan, frekuensi tersebut tidak harus terletak didalam
interval frekuensi diatas!
19.
Jika mungkin, diukur pula kuat arus (mA)
yang mengalir dalam rangkaian itu untuk setiap harga frekuensi tersebut. Hasil
pengukurannya dimasukkan kedalam tabel pencatatan data seperti berikut :
V.
DATA HASIL
1. Rangkaian
RL
No
|
Frekuensi
|
VL
|
VR
|
Vs
|
Arus
|
1.
|
100
HZ
|
0,57
V
|
0,012
V
|
0,050
V
|
0,0047
A
|
2.
|
200
HZ
|
0,64
V
|
0,214
V
|
0,057
V
|
0,0055
A
|
2. Rangkaian
RC
No
|
Frekuensi
|
VL
|
VR
|
Vs
|
Arus
|
1.
|
100
HZ
|
0,14
V
|
1,41
V
|
1,41
V
|
0,00710
A
|
2.
|
200
HZ
|
0,07V
|
1,41
V
|
1,41
V
|
0,0098
A
|
3. Rangkaian
LC
No
|
Frekuensi
|
VL
|
VR
|
Vs
|
Arus
|
1.
|
100
HZ
|
0,35
V
|
0,35
V
|
0
|
0,17A
|
2.
|
200
HZ
|
0,35V
|
0,17
V
|
0,18
V
|
0,17
A
|
4. Rangkaian
RLC
No
|
Frekuensi
|
VL
|
VR
|
Vc
|
VS
|
Arus
|
1.
|
100
HZ
|
0,98
V
|
0,91
V
|
0,045
V
|
0,049
V
|
81.10-5
A
|
2.
|
200
HZ
|
0,91
V
|
0,91
V
|
0,035
V
|
0,0707V
|
15,6.10-4
A
|
VI.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ni membahas tentang “ Rangkaian Seri RLC dan fenomena
Resonansi”. Dimana rangkaian RLC adalah
rangkaian listrik yang memuat resistor (R), kapasitor (C) dan indator (L).
Komponen-komponen tersebut dirangkai secara seri yang dihubungkan dengan sumber
tegangan V. Sehingga rangkaian seperti ini disebut R-L-C seri. Sifat rangkaian
ini memiliki resitor dan juga sebuah indikator dimana dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik sinusioda yang pembagian tegangannya pada komponen resitor
(VR), induktor (VL) dan juga kapasitor (VC) secara vektoris. Sedangkan arus (I)
yang mengalir pada hubungan seri ini adlaah sama besar.
Sifat suatu rangkaian
seri RLC bergantung pada besar hambatan yang dihasilkan oleh induktor dan
kapasitor. Jika suatu rangkaian yang memiliki reaktansi induktif yang lebih
besar maka sifatnya akan berbeda dengan rangkaian yang memiliki reaktansi
kapasitif lebih besar. Terdapat tiga keadaan yang menunjukkan sifat pada suatu
rangkaian seri RLC yaitu:
· Jika
XL > XC
~ rangkaian bersifat induktif
~ V mendahului I sebesar Ɵ
· Jika
XL > XC
~ rangkaian bersifat konduktif
~ I mendahului V sebesar Ɵ
· Jika
XL > XC
~ rangkaian bersifat resistif
~ V dan I sefasa
Sedangkan resonansi pada rangkaian ini
terjadi jika XL = XC
Pada praktikum kali ini dilakukan 4
buah percobaan dengan 4 macam rangkaian yaitu rangkaian RL, RC, LC, dan RLC.
Alat dan komponen yang diperlukan dalam percobaan ini adalah AFG, osiloskop,
multimeter digital, resitor, induktor dan kapasitor.
Percobaan pertama yaitu rangkaian
RL. Dimana komponen yang digunakan adalah resitor (R) dan konduktor (L) yang
dirangkaia secara seri dan dihubungkan dengan sumber tegangan secara seri juga.
Bentuk rangkaian yaitu seperti pada gambar berikut:
Resitor yang digunakan sebesar 120Ω dan sebuah induktor dengan
diameter 0,5cm, panjang 1cm dan lilitan sebnayak 9 tuch. Maka nilai induktansi
dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Dimana, L = nilai induktansi ( henry )
µ
= panjang permeabilitas (4π.10-7)
N
= jumlah lilitan
A
= luas permukaan induktor (m2)
l = panajng koil ( m )
jadi, dapat dihitung sebagai berikut:
Pada frekuensi 100 HZ, tegangan pda
ujung-ujung induktor (VL) diperoleh dengan menghubungkan rangkaian
denga AFG dan osiloskop sebesar 0,57 V, tegangan pada ujung-ujung resitor (VR)
sebesar 0,012 V dan tegagan pada ujung resitor dan induktor (VS)
sebesar 0,050V.
Pada rangkaian RL ini tidak
dilakukan pengukuran arua I, sehigga untuk menentukan nilai I yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
v
=
0,57 V
v XL
= ωL => pada frekuensi 100 HZ
=
2πf.L
=
2 . 3,14 . 100 (199,6569.10-9)
=
628 (199,6569.10-9)
=
125.10-6
Jadi,
I
= 0,0047 A
Maka
diperoleh besar arus I pada frekuensi 100 HZ adalah 0,00447 ampere.
Sedangkan pad afrekuensi 200 HZ,
besar VL adalah 0,64 V, besar VR 0,214 V dan VS
0,057 V. Dengan menggunakan cara yang sama untuk mencari besra I sebagai
berikut:
v
=
0,67 V
v XL
= ωL
=
2πf.L
=
2 . 3,14 . 200 (199,6569.10-9)
=
25.10-5
Jadi,
I
= 0,0055 A
Selanjutnya percobaabn kedua yaitu rangkaian RC. Dimana
rangkaian ini komponennya adalah resitor (R) dan kapasitor (C) dihubung seri
dengan sumber tegangan. Bentuk rangkaiannya sebagai berikut:
Besar
resistor 120 ohm dan kapasitornya 10 µF
Percobaan
dilakukan sesuai dengan prosedur kerja. Pada frekuensi 100 Hz diperoleh VC
= 0,14 V, VR = 1,41 V, dan VS = 1,41 V. Sedangkan
besar arus juga tidak diukur secara praktik sehingga dicari dengan menggunakan
rumus seperti pada percobaan pertama (XL diganti dengan XC)
v
= 1,416 V
v
=
=
=
=
159,23
Jadi,
I
= 0,00710 A
Sedangkan pada frekuensi 200 Hz, VR
= 1,41 V, VC = 0,07 V dan VS= 1,41 V dan arus I :
v
= 1,4117 V
v
=
=
=
=
79,61
Jadi,
I
= 0,0098 A
Untuk percobaan ketiga yaitu rangkaian LC :
Komponen
yang digunakan dalam rangkaian ini adalah induktor dan kapasitor. Kapasitansi
dari kapasitor yang digunakan adalah sebesar 1µF atau 10-6F.
Sedangkan induktornya memiliki luas penampang 4.10-5 m2,
lilitan sebanyak 12 buah dan panjang 14,4.10-2 m, maka nilai
induktansinya adalah :
Percobaan dilakukan sesuai prosedur, sehingga pada frekuensi 100
Hz diperleh VL=0,35V, VC=0,35V dan VS= 0V dan
arusnya sebesar 0,17 A. Sedangkan pada frekuensi 200 Hz diperoleh VL=0,35V,
VC=0,17V dan VS= 0,18V dan arusnya sebesar 0,17 A. Pada
percobaan ini diperoleh VL pada frekuensi 100 Hz dan 200 Hz adalah
sama.
Untuk percobaaan terakhir yaitu rangkaian RLC. Dimana komponen
yang digunakan adalah resitor (R), kapasitor (L), dan induktor (C) yang
dirangkai seri dengan sumber tegangan seperti pada gambar berikut:
Pada rangkaian in digunakan resitor sebesar 120Ω, induktor
502,4.10-10H, dan kapasitor 10-6 F.
Percobaan dilakukan sesuai prosedur. Pada frekuensi 100 Hz
diperoleh nilai VR=0,98V, VL=0,91V dan VS=
0,049V. Untuk menentukan nilai I (arus) kembali menggunakan rumus , yaitu :
v
= 1,307 V
v XL
= ωL
=
2πf.L
=
2 . 3,14 . 100 . 502,4.10-10
=
315507,2.10-10
=
3,15.10-5
v
=
=
=
=
1592,35
Jadi,
I = 81.10-5 A
Sedangkan
untuk frekuensi 200 Hz, diperoleh nilai
VR= 0,91V, VL=0,91V, VC=0,035V dan VS=
0,0707V. Besar arus I yang mengalir dihitung sebagai berikut :
v
v XL
= 2 . 3,14 . 200 . 502,4.10-10
=
6,31.10-5
v
=
=
=
796,17
Jadi,
I = 15,6.10-4 A
VII.
KESIMPULAN
1. Karakteristik
rangkaian Ac seri pada rangkaian RLC yaitu rangkaian RLC bila dihubungkan
dengan tegangan AC seri maka tegangannya akan terbagi menjadi VR , VL,
VC. Sedangkan arus yang mengalir pada resitor,induktor maupun kapasitor
adalah semar yaitu I. Tegangan yang digunakan pada rangkaian in adalah tegangan
bolak-balik (Ac).
2. Rangkaian
RL seri adalah rangkaian yang terdiri dari resitor dan induktor yang dirangkai
seri dengan sumber tegangan seperti gambar berikut:
Rangakaian RC seri adalah rangkaian seri hambatan
(resitor) dan kapasitor yang dihubungkan dengan sumber tegangan Ac sebesar V
seperti pada gambar berikut:
Rangkaian
RLC seri yaitu apabila terdapat suatu resitor (R), induktor (L) dan kapasitor
(C) yang dirangkai seri dengan sumber tegangan seperti gambar barikut :
3.
Resonansi pada rangkaian RLC seri terjadi
apabila nilai reaktansi X adalah nol,dimana:
X = XL – XC = 0 ; XL
= XC
Kedaan terjadi apabila nilai reaktansi
induktif sama dengan reaktansi kapasitif. Sehingga nilai impedansi z akan sama
dengan nilai R :
z
= R
Pada saat resonansi, arus yang mengalir
pada rangkaian RLC seri merupakan arus maksimum, karena impedansi z nilainya
akan minimum dan sama dengan resistansi R.
4. Daya
listrik pada rangkaian listrik arus bolak-balik (Ac) teridiri dari tiga jenis
daya listrik yaitu daya semu, daya aktif dan daya reaktif. Ketiga daya tersebut
mempunyai satuan yang berbeda,untuk daya semu satuannya adalah VA (volt ampere),
daya aktif satuannya watt sedangkan daya reaktif satuannya VAR.
VIII. DAFTAR
PUSTAKA
Blocher, Richard. 2003. Dasar Elektronika. Yogyakarta: Andi
Boylestad, Robert. 1989. Electronika A Survey Third Edition.
Singapura: Prentice
Hall International, Inc
Feriadi, Yusron. 2015. Resonansi Rangkaian RLC Seri. Jurnal
Eksperimen I, Vol. 2, No. 1, PP. 1-2
Loklomin, Samsul B. 2014. Aplikasi Merode Runge Kulta Orde Empat Pada Penyelesaian Rangkaian Listrik RLC. Jurnal Barekeng,
Vol. 8 No.1
Sutrisno. 1986. Elektronika Dasar dan Penerapannya. Bandung: ITB
Komentar
Posting Komentar