Makalah Pendekatan dalam Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di era
globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang
semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya
manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas.
Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat
agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari
guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga
dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak
selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pendekatan pembelajaran?
2.
Apa fungsi pendekatan dalam pembelajaran?
3.
Apa saja jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran?
4.
Apa saja tipe-tipe pendekatan dalam pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pendekatan dalam Pembelajaran
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu
artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way
of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian
pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi,
pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau
keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat
aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi.
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan
motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai
oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator,
guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar pada
siswa ialah bagaimana cara guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach)
pembelajaran fisika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar
konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran
dapat diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach), dimana
pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan
2. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi
subjek utama dalam proses pembelajaran.
2.2 Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu
pembelajaran adalah :
1.
Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah
metode pembelajaran yang akan digunakan.
2.
Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan
pembelajaran.
3.
Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.
Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5.
Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilaksanakan.
2.3 Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
2.3.1 Pendekatan
Individual
Pendekatan
individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya
untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai
arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pendekatan
individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan
siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar
pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai
kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi,
kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan
juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran
individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan
siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan
daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan
yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan
siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut
ini :
a. mendengarkan
secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat
hubungan saling percaya.
b. membantu
anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c. membantu
anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d. menerima
perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh
perhatian.
e. menanggani
anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin
memberi beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan individual :
a. Guru
melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan
kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan
mandiri dalam belajar.
b. Guru harus
peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
c. Guru lebih
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat
lebih terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d. Guru harus
mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam
pengertian mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan
siswa. Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan
belajar mereka.
Oleh karena
itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar,
interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi
yang menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut
diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a. memungkin
siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan
tepat,
b. mencegah
terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
c. mengarahkan
perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d. memusatkan
pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan
kepada tuntutan-tuntutan guru,
e. memberi
peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya,
f. latihan-latihan
tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan
merasa puas dengan hasil belajar yang ada,
g. menumbuhkan
hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru,
h. memberi
kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang
lebih baik,
i.
mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap
para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan
kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat
secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a. proses
pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang
dihadapi dan jumlah peserta didik.
b. Motivasi
siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang
dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah
diri/minder dalam pembelajaran.
c. Adanya penggunaan
pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan,
sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola
dengan baik.
d. Guru-guru
yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan
pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih
luas dan menyeluruh.
2.3.2 Pendekatan Kelompok
Dalam
kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan
lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu
diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik
dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa
dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas
mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru
akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan
bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung,
metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada
anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu,
pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus
mempertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam
pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik,
pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada
aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam
melakukan pendekatan kelompok.
2.3.3 Pendekatan Bervariasi
Ketika guru
dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan
berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi
oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam
belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau
dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam
mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan
suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi
perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya
gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi
kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi
terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya
satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu
terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar
kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu
metode.
Permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan
pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang
dapat guru gunakan untuk kepentingan mengajar.
2.3.4 Pendekatan Edukatif
Apapun yang
guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena
ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik
yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika
guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan
cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum
yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang
salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana
bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma
agama.
Cukup banyak
sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai
kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng
tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi
suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas
untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu
masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak
berbarisdi depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua
kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas, mereka satu persatu menyalami guru.
Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh
diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan
menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan
tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasus yang
terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan
tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus
yang terjadi selain dapat didekati dengan pendekatan individual, pendekatan
kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat
adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
dengan tujuan mendidik.
2.3.5 Pendekatan Keagamaan
Pendidikan
dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya
tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih
pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya
untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai
agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan
mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah
dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau
atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan
agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri
siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi
diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
2.3.6 Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa
adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan
perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk
mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa
kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
Misalnya pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa Inggris.
Bahasa Inggris adalah bahasa
asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris
oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh
guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta
kompetensi guru itu sendiri. Karenanya perlu dipecahkan. Salah satu
alternatif ke arah pemecahan masalah tersebut diajukanlah pendekatan baru,
yaitu pendekatan kebermaknaan. Ada beberapa konsep penting
yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
·
Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
·
Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun
lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan
pengajaran bahasa yang natural.
·
Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda,
baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang
berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
·
Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi
melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun
tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran
unsur-unsur bahasa sasaran.
·
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang
menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh
kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang
bersangkutan.
·
Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi
lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang
berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
·
Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek
utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan
mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan
pengajaran.
·
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai
fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
2.4 Tipe-tipe
pendekatan
2.4.1 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu
sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan
pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual
Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika
Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada
guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual
di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan
kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak
produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap
siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada
pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun yang
melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey
pada awal abad 20 yang lalu.
Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab,
pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada
kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih
tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta
yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu,
diperlukan :
1. Sebuah
pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran
bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima,
melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran
pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya,
bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi
hidupnya.
4. Posisi guru
yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi
informasi.
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan
berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan
konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan
kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran
yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam
pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
1. Mengaitkan,
adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami, merupakan
inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru
dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih
cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan,
siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerja sama,
siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia
nyata.
5. Mentransfer,
peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan
2.4.2 Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untukmeningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi
pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara
umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu
dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun
terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus
dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti
Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Para
psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis
individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan
bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya.
Berbeda
dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
Ciri-ciri
pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :
1. Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa
mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.Peran guru
hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan
dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.
2.4.3 Pendekatan
Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika
untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatuyang khusus.
Pendekatan
deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan
khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan
aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
2.4.4 Pendekatan Induktif
Berbeda
dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal
yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach)menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatu yang khusus.
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan
umum.
2.4.5 Pendekatan Konsep
Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi)..
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan
Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.
Ciri-ciri
suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki
gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh
melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda
dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang
diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang
benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep
berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi
yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah :
1. Menanti
kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan
konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan
konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang
komplek.
4. Penjelasan
perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
1. Tahap
enaktik
Tahap
enaktik dimulai dari:
a. Pengenalan benda konkret.
b. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2.
Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka,
huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh
untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama,
dan istilah serta defenisi.
3.
Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
2.4.6 Pendekatan Proses
Pendekatan
proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan
proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta
didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
2.4.7 Pendekatan
Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan
Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah
Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains
Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun
sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik
yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi
yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola
umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai
sasaran belajar.
Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran adalah :
1.
Pendekatan individual
2.
Pendekatan kelompok
3.
Pendekatan bervariasi
4.
Pendekatan edukatif
5.
Pendekatan keagamaan
6.
Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe
pendekatan pembelajaran :
1. Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
2. Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme
3. Pendekatan
Pembelajaran Deduktif
4. Pendekatan
Pembelajaran Induktif
5. Pendekatan Pembelajaran
Proses
6. Pendekatan
Pembelajaran Konsep
7. Pendekatan
Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat
3.2 Saran
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar
mengajar, diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan
itu untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya
membentuk kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang
memuaskan dan mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan
teoritis psikologis). Jakarta : Rineka Cipta.
Nasution,
S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran.
Bandung : Bina Aksara
Sagala, syaiful. 2006. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Sanjaya,
Wina. 2005. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta
: Kencana.
Komentar
Posting Komentar