jurnal KEBISINGAN
KEBISINGAN
Dedy Try Yuliando
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Andalas
Padang
B
|
ising merupakan
semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep-48/11/1996 Bising adalah Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Gangguan
pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan
dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal pembicaraan.
Menurut ISO derajat
ketulian adalah sebagai berikut:
a. Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dBA, masih normal
b. Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dBA, disebut tuli ringan
c. Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dBA, disebut tuli sedang
d. Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dBA, disebut tuli berat
e. Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dBA, disebut tuli sangat
berat
Jenis Kebisingan
Berdasarkan sifat
dan spektrum frekuensi bunyi, bising dibagi atas:
1. Bising yang kontinyu dengan spektrum
frekuensi yang luas. Bising ini relatif
tetap dalam batas kurang lebih 5 dBA untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas
angin, dapur pijar.
2. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi
yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi
tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
3.Bising terputus-putus (Intermittent). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu
lintas, kebisingan di lapangan terbang
4. Bising
impulsif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dBA dalam waktu sangat cepat dan
biasanya mengejutkan pendengaran. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam
5. Bising Impulsifberulang. Sama dengan
bising impulsif , hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang.
Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan
pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas:
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya
mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan
bunyi yang menutupi pendengaran yang
jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja,
kerena teriakan atau
isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging / injurious
noise) adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan
merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
Nilai ambang batas kebisingan
Nilai Ambang Batas
kebisingan adalah 85 dBA untuk waktu pemajanan selama 8 jam per hari. Pengendalian
kebisingan dilakukan dengan mengatur waktu kerja sehubungan dengan tingkat
paparan kebisingan, seperti pada Tabel dibawah ini:
Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan
titik kebisingan yang diizinkan
Zona A : Intensitas
35 – 45 dB. Zona yang
diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial &
sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan
bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan
bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan
bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.
Zona
Kebisingan menurut IATA (International
Air Transportation Association)
Zona A: intensitas > 150 dB →
daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB →
individu yang
terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff
dan earplug)
Zona C: 115-135 dB →
perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB →
perlu memakai earplug
Pengaruh kebisingan
Kebisingan dapat
menimbulkan pengaruh negatif berupa gangguan -gangguan diantaranya :
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising
bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang
datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10
mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah periferterutama pada tangan dan kaki, serta
dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan
intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan
bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibulardalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan
mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan oleh rangsangan bising terhadap
sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem
pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis
dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat
marah. Bila kebisingan
diterima dalam waktu
lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik
berupa gastritis,jantung, stres,
kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi
biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan
karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara
tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat
tinggi dapatmenyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang
dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau
mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari
bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang
menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara
umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara
dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan.
Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli
menetap dan tidak dapat
normal kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
Pengendalian Kebisingan
a. Pengendalian
secara teknis (Engineering control), Pengendalian secara teknik di sumber suara
adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Yang harus
dikendalikan pertama - tama adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik
dilakukan dengan cara:
1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi
kecepatan atau benturan dari benda yang bergerak, memasang peredam pada lubang
pemasukan dan pembuangan, mengganti peralatan yang lama dengan peralatan yang
baru yang mempunyai desain yang
lebih baik.
2. Merawaat peralatan dengan baik, mengganti
bagian yang aus dan memberikan pelumas pada bagian yang bergerak.
3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkan dari
pekerja atau menutupi.
4. Memasang peredam dengan bantalan karet agar
bunyi yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dapat dikurangi dengan
mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke
bak atau ban
berjalan.
5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di
tempat kerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut
b. Pengendalian administratif (Administrative control) dengan cara:
1. Melakukan shift kerja
2. Mengurangi waktu kerja
3. Melakukan training
3. Alat pelindung
diri
Pemakaian alat
pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan. Alat pelindung
diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA
atau kurang dari itu, yaitu 85
dBA. Ada tiga jenis
alat pelindung diri atau alat pelindung pendengaran
yaitu :
1.Sumbat
telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dBA. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai
dengan 100 dBA. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : formable type,
costum-molded type,
premolded type.
2.Tutup telinga (earmuff),dapat menurunkan kebisingan 25-40 dBA. Digunakan untuk Proteksi sampai dengan 110
dBA.
3. Helm (Helmet),
mengurangi kebisingan 40-50 dBA Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga
dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara memeriksaan kesehatan secara
teratur.
Instrumen pengukur kebisingan
Instrumen yang paling umum digunakan untuk mengukur
kebisingan yaitu SLM (Sound Level Meter), ISLM (Suara mengintegrasikan meteran
tingkat), dan dosimeter kebisingan. Penjelasan instrument tersebut akan dibahas
secara mendetail sebagai berikut:
1. Sound Level Meter
Sound level meter ini juga disebut decibel meter dan
dosimeter kebisingan, alat ini dibuat untuk mengukur sebuah tekanan suara dari
suatu peristiwa tertentu. Alat ini digunakan dimana-mana dan alat ini merupakan
instrument yang penting untuk para pekerja sebagai pelindung pendengaran.
Alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengambil data dari
tingkat kebisingan yang biasanya dapat dilakukan di berbagai tempat diantaranya
yaitu di pabrik atau lokasi konstruksi, mengukur dari keheningan.
Sound Level Meter ini terdiri dari mikrofon, sirkuit
elektronika dan sebuah tampilan pembacaan. Mikrofon tersebut untuk mendeteksi
variasi tekanan udara kecil yang berhubungan dengan suara dan perubahan menjadi
sinyal listrik. Sinyal tersebut kemudian akan diproses oleh sirkuit elektronik
dari instrument. Untuk melakukan pengukuran dibutuhkan lengan panjang di
ketinggian telinga untuk para pekerja yang terpapar kebisingan. Pengukuran
kebisingan di tempat kerja tingkat harus diambil pada respon slow. Sebuah SLM
tipe 2 cukup akurat untuk evaluasi bidag industri. Setiap SLM yang
kurang akurat dari tipe 2 tidak boleh digunakan untuk pengukuran kebisingan. Filte A bbot biasanya dibangun ke dalam semua SLMs dan dapat posisi ON atau OFF. Beberapa tipe 2 SLMs memberikan pengukuran hanya dalam dB (A) yang berarti bahwa filter pembobotan A-ON permanen. Standar SLM membutuhkan pengukuran kebisingan hanya sesaat. Hal ini cukup di tempat kerja dengan tingkat kebisingan kontinyu. Tetapi di tempat kerja dengan impuls tingkat kebisingan intermiten atau variable, SLM membuat sulit untuk menentukan rata-rata paparan seseorang unutk kebisingan di shift kerja. Salah satu solusi di tempat kerja tersebut adalah dosimeter kebisingan.
kurang akurat dari tipe 2 tidak boleh digunakan untuk pengukuran kebisingan. Filte A bbot biasanya dibangun ke dalam semua SLMs dan dapat posisi ON atau OFF. Beberapa tipe 2 SLMs memberikan pengukuran hanya dalam dB (A) yang berarti bahwa filter pembobotan A-ON permanen. Standar SLM membutuhkan pengukuran kebisingan hanya sesaat. Hal ini cukup di tempat kerja dengan tingkat kebisingan kontinyu. Tetapi di tempat kerja dengan impuls tingkat kebisingan intermiten atau variable, SLM membuat sulit untuk menentukan rata-rata paparan seseorang unutk kebisingan di shift kerja. Salah satu solusi di tempat kerja tersebut adalah dosimeter kebisingan.
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan alat Sound
Level Meter. Ada tiga cara atau metode
pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
1.
Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan
bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa
lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan
yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1
meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang
digunakan.
2.
Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan
membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala
yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk
menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan
intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi
diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90
dBA
3.
Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat
contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik
sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi
dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak
yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom
untuk memudahkan identitas.
Prosedur
Pengukuran
-Posisikan
sound level meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat intensitas
bising di tempat itu.
-Aktifkan
pengukuran dengan mengatur saklar geser pada kedudukan Lo atau Hi. Lo atau Low
Intensity berada pada skala 40 s/d 80 dB, sedangkan Hi atau High Intensity berada
pada skala 80 s/d 120 dB.
-Pencatatan
pada satu kedudukan akan terkait dengan pembacaan skala minimum dan skala
maksimum.
-Ambil
jumlah titik kedudukan sebanyak yang diperlukan.
Metode
Pengukuran & Perhitungan
Pengukuran, mengacu pada KepMenLH N0.49/MenLH/11/1996, 3 diantaranya adalah sebagai berikut:
Pengukuran, mengacu pada KepMenLH N0.49/MenLH/11/1996, 3 diantaranya adalah sebagai berikut:
- Waktu
pengukuran adalah 10 menit tiap jam ( dalam 1 hari ada 24 data)
- Pencuplikan
data adalah tiap 5 detik ( 10 menit ada 120 data)
-Ketinggian
microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah
2. ISLM (
Suara mengintegrasikan meteran tingkat)
Suara mengintegrasikan meteran tingkat (ISLM) mirip dengan
dosimeter. Ini menentukan tingkat suara setara selama periode pengukuran.
Perbedaan utama adalah suatu ISLM tidak memberikan eksposur pribadi karena
dipegang tangan seperti LSM dan tidak dipakai. Alat ini menentukan tingkat
suara setara di lokasi tertentu. Ini hasil pembacaan tunggal dari suara yang
diberikan bahkan jika tingkat suara yang sebenarnya dari kebisingan perubahan
terus menerus. Menggunakan nilai tukar yang deprogram, dengan konstanta waktu
yang setara dengan pengaturan SLOW pada SLM tersebut.
3. Dosimeter Kebisingan
Dosimeter Kebisingan adalah alat khusus untuk mengukur
tingkat suara atau khusus untuk mengukur kebisingan.Alat ini adalah sebuah
perangkat, kecil cahaya yang klip untuk sabuk seseorang dengan mikrofon kecil
yang mengikatkan ke leher orang tersebut, dekat dengan telinga. Alat ini untuk
menyimpan informasi tingkat kebisingan dan melaksanakan proses rata-rata. Hal
ini berguna dalam indutri di mana kebisingan biasanya bervariasi pada durasi
dan intensitas, dan dimana perubahan lokasi.
Beberapa hal penting
mengenai kebisingan yaitu:
Apa yang dimaksud dengan kebisingan ?
Kebisingan adalah
semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
Apa yang menentukan kwalitas suatu bunyi ?
Kwalitas suatu bunyi
ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah
getaran perdetik ( Hertz,Hz ), sedangkan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya
dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ditulis dBA atau dB(A)
Pada frekuensi berapa telinga manusia mampu mendengar ?
Telinga manusia
mampu mendengar pada frekuensi antara 16 – 20.000 Hz.
Berapa Nilai Ambang Batas ( NAB ) kebisingan yang ditetapkan sesuai
ketentuan ?
Sesuai Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A ( dBA ),
untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA
walaupun sesaat pemajanan tidak diperkenankan.
Ada berapa macam alat pelindung telinga?
Alat pelindung
telinga ada 2 macam, yaitu sumbat telinga
( ear plug ) dan tutup telinga
( ear muff ). Sumbat telinga jenisnya
ada yang permanen dan jenis sekali pakai, sedang tutup telinga jenisnya sama,
hanya dibedakan ada yang langsung dilekatkan di helmet atau tidak dilekatkan di
helmet tetapi menggunakan headband/ikat kepala namun sering mengganggu alat
pelindung lainnya.
Bagaimana menentukan sumbat telinga
( ear plug ) yang baik ?
Sumbat telinga yang
baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara
biasanya ( komunikasi ) tidak terganggu.Bahan sumbat telinga ada yang terbuat
dari karet, plastik keras, plastik lunak, lilin dan kapas. Yang disenangi
adalah jenis karet dan plastik lunak karena bisa menyesuaikan bentuk dengan
lobang telinga
Seberapa efektif kebisingan yang dapat dilindungi dengan
sumbat telinga?
Bila pemakaiannya
baik, daya atenuasi ( daya lindung ) 25-30 dB, bila ada kebocoran dalam
pemakaian dapat mengurangi atenuasi sampai 15 dBA lebih.
Lalu kalau
menggunakan tutup telinga ( ear muff ) seberapa efektif kebisingan yang dapat
dilindungi ?
Tutup telinga ( ear muff ) daya atenuasinya ( daya
lindung ) sampai 42 dBA ( 35 – 45 dBA ). Untuk keadaan khusus dapat
dikombinasikan antara tutup telinga
dengan sumbat telinga, sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi
tidak lebih dari 50 dBA, karena hantaran suara melalui tulang masih ada.
”Telinga / pendengaran akan tetap terjaga
dengan baik , bila alat pelindung telinga digunakan sebagai mana mestinya,
khususnya didaerah sumber bunyi diatas 85 dba.”
Sumber Kebisingan
Komentar
Posting Komentar