PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS OLEH RIKA IRMAYANTI
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA
SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI DENGAN STRATEGI MOTIVASI
ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDANCE, SATISFACTION (ARCS)
PROPOSAL
SKRIPSI
OLEH
:
RIKA
IRMAYANTI
NIM.
A1C315016
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JAMBI
MARET,
2018
A.
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
FISIKA SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO DENGAN STRATEGI MOTIVASI ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDANCE,
SATISFACTION (ARCS)
B.
PENDAHULUAN
B.1
Latar
Belakang
Pendidikan pada
hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan pembangunan, salah satunya
adalah pendidikan MIPA. Pendidikan MIPA merupakan cabang ilmu pendidikan yang
perlu mendapatkan perhatian, karena menjadi dasar bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Mata pelajaran yang termasuk dalam cabang
ilmu pendidikan MIPA adalah mata pelajaran fisika.
Menurut Kanginan
(2004), fisika adalah ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika adalah bidang studi yang
diberikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tujuan untuk memberikan
seperangkat pengetahuan, bentukbentuk keterampilan dan penanaman sikap dan
nilai dalam konteks disiplin ilmu fisika (Depdiknas, 2007). Melihat tujuan
tersebut, pelajaran fisika di SMA dikembangkan dalam kerangka memberikan
pengalaman langsung kepada siswa dalam menjelajahi dan memahami alam di
sekitarnya secara ilmiah dan mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi
untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya, melalui pengembangan
keterampilan proses, keterampilan berfikir, penguasaan konsep sains dan
kegiatan teknologi. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung kepada siswa tentang konsep, prinsip, dan proses penemuan dalam
materi-materi fisika. Tujuan pendidikan fisika dapat dicapai, apabila siswa
bisa mencapai kompetensi pembelajaran.
Undang-Undang No.20
tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa, kompetensi
(lulusan) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
keterampilan, yang akan menjadi acuan pengembangan kurikulum dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kosasih, 2015). Untuk mencapai hal
tersebut, diperlukan motivasi yang tinggi dari peserta didik agar dapat mengoptimalkan
kegiatan belajar. Keinginan untuk mencapai hal tertentu berdasarkan pada motivasi
tertentu. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas
yang dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar (Rooijakkers,
2010).
Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas X di SMAN 2 MUARO JAMBI pada
tanggal 6 Februari 2018 dapat diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa di
kelas X MIPA 4 merupakan yang paling rendah dibandingkan kelas X lainnya. Hasil
wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa cenderung pasif di kelas dan malas
untuk membaca. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah murni
dan sering memberikan tugas tanpa mengecek pemahaman siswa dan tidak memberikan
umpan balik. Ceramah murni sering kali membuat siswa bosan. Maka dalam
pelaksanaannya perlu dikombinasikan dengan berbagai macam metode, untuk
mempertahankan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung
(Roestiyah, 2001).
Selanjutnya dari hasil observasi awal melalui penyebaran
angket di kelas X MIPA 4 SMAN 2 MUARO JAMBI diperoleh data angket motivasi
terhadap mata pelajaran fisika yang telah dilaksanakan kepada seluruh siswa
kelas X MIPA 4 SMAN 2 Muaro Jambi dengan jumlah 11 orang siswa laki-laki dan 16
siswi perempuan, maka didapatkan persentase dengan interval skor
52 sebesar 15%, interval 52 < X
sebesar 74% dan dalam rentang interval 69,33 < X
sebesar 11%. Sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Sugiyono (2012) dengan rentang interval dari instrumen angket motivasi
yang digunakan yang menyatakan bahwa jika skor nilai angket menunjukkan pada
rentang interval skor
dikatakan bahwa motivasi siswa sangat rendah
dan dalam penyebaran angket didapat sebesar 15% siswa bermotivasi sangat
rendah. Jika skor nilai pada rentang interval 52 < X
dikatakan bahwa motivasi siswa dikategorikan
rendah. Maka diketahui bahwa sebanyak 74% siswa bermotivasi rendah terhadap
pembelajaran fisika. Kemudian
kategori motivasi dalam rentang interval 69,33 < X
dikatakan berada dalam tingkat motivasi
kategori sedang. Sehingga diketahui bahwa sebanyak 11% siswa kelas X MIPA 4
berada pada tingkat motivasi kategori sedang. Maka dari data dapat dikalkulasikan bahwa persentase tingkat motivasi
siswa kelas X MIPA 4 SMAN 2 Muaro Jambi banyak yang berada pada kategori
rendah, dengan total keseluruhan siswa dapat diketahui bahwa rentang
keseluruhan siswa berada pada kategori sedang sampai tingkat sangat rendah.
Solusi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah diperlukan suatu cara untuk mempertahankan perhatian
siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran fisika akan
lebih baik jika siswa dapat belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Penggunaan
strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung selama proses pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. ARCS
merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Relevance (relenvansi),
Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan). Proses belajar-mengajar
menjadi tidak terlalu kaku dan monoton. Strategi ini akan meningkatkan motivasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar siswa, akan berpengaruh
terhadap hasil belajarnya. Jika siswa tertarik terhadap pembelajaran fisika,
maka siswa akan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga mereka
dapat memahami suatu materi dan dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh
guru dengan baik. Semakin tinggi motivasi siswa, maka akan semakin tinggi pula
prestasi belajar siswa. Model pengajaran langsung dapat digunakan dengan
menggunakan kombinasi metode demonstrasi dan tanya jawab, serta menggunakan
media. Sehingga pembelajaran tidak membosankan.
Berdasarkan latar
belakang di atas peneliti berkeyakinan bahwa semakin tinggi motivasi siswa,
maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti
tertarik melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO
DENGAN STRATEGI MOTIVASI ATTENTION,
RELEVANCE, CONFIDANCE, SATISFACTION (ARCS) “.
B.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah
Strategi ARCS dapat meningkatkan
motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi?
2. Bagaimana keefektifan
Strategi
ARCS dapat meningkatkan motivasi belajar
Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi?
B.3
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:
1. Untuk
mengetahui apakah strategi ARCS dapat
meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri
2 Muaro Jambi
2. Untuk
mengetahui bagaimana
keefektifan Strategi ARCS
dapat meningkatkan motivasi belajar
Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi
1.
Manfaat
Penelitian
Penelitian Tindakan
Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Untuk
siswa
· Meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
2. Untuk
guru
· Memberikan
semangat dan motivasi kepada guru agar senantiasa memberikan model dan strategi
pembelajaran yang menarik kepada siswa dalam pembelajaran fisika
3. Untuk
sekolah
· Penelitian
Tindakan Kelas ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran fisika.
C.
KAJIAN
PUSTAKA
C.1 Motivasi Belajar
C.1.1
Pengertian
Motivasi
Menurut Roeckelein (2013) Istilah
motivasi datang dari akar kata bahasa latin “mot-“ (yang berarti “bergerak”) yang
sama seperti istilah emosi. Istilah motif berguna untuk menjelaskan
desakan-desakan internal yang mengaktifkan dan memberikan arah untuk
berperilaku. Istilah lain yang berhubungan menekankan aspek yang berbeda dari
motivasi. Sebagai contoh, kebutuhan atau need yang menekankan aspek yang
berbeda dari motivasi. Sebagai contoh, kebutuhan atau need yang menekankan
aspek kekurangan atau keinginan; drive atau dorongan yang menekankan aspek
pendorong dan pemberi tenaga; dan incentive (pendorong) yang memfokuskan pada
tujuan motivasi. Secara umum, teori – teori motivasi berkaitan dengan
sebab-sebab perilaku terjadi dan mengacu pada keadaan internal organisme dan
juga tujuan eksternal (penguatan) dalam lingkungan. Secara khusus, motivasi
meliputi pemberian kekuatan atau energi perilaku dan arah tujuan dimana
terdapat perbedaan yang dibuat antara disposisi organisme dan pembangkitnya.
C.1.2
Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial
terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu (Hamzah B. Uno, 2007: 23). Sejalan dengan pendapat tersebut,
Sugihartono (2007: 74) mengungkapkan pendapatnya tentang belajar yaitu
merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud
perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau
menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Lebih lanjut Winkel,
W.S. (2004: 59) mengungkapkan pendapatnya tentang belajar yaitu suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya
belajar tersebut disebut sebagai motivasi belajar.
Motivasi belajar dapat
timbul faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya
adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan
belajar yang menarik. Kedua faktor
tersebut tetap membutuhkan rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan
untuk belajar dengan lebih giat dan semangat.
Definisi motivasi
belajar menurut Winkel, W.S. (2004: 169), ialah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, menjamin kelangsungan kehidupan belajar dan memberi arah kepada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Hamzah B. Uno (2007: 23),
mengemukakan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Lebih lanjut Sardiman
(2007: 75) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di
atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan
internal dan eksternal yang ada pada diri siswa yang memberikan arah pada
kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.
C.1.3
Peranan Motivasi dalam Pembelajaran
Hasil
belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sudirman (2014):
1. Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan di kerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujauannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan
serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping
itu ada juga fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan usaha dengan adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain, dengan adnya usaha yang tekun dan terutama didasari
adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi
yang bai. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.
C.1.4
Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut
Mulyasa (2010: 196-198), banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
1.
Kehangatan dan
semangat
Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh
semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian
akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang dan semangat peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya.
2.
Membangkitkan
rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri
setiap peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain
memberikan cerita yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan.
3.
Mengemukakan ide
yang bertentangan
Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah
dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu
disesuaikan dengan tingkat kelas.
4.
Memperhatikan
minat belajar peserta didik
Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan
motivasi belajar maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta
didik. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, sulit bagi
guru untuk memperhatikan minat mereka secara keseluruhan.
C.1.5
Indikator
dan Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah
laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2007: 23). Indikator motivasi
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) adanya hasrat dan keinginan
berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c) adanya harapan dan
cita-cita masa depan; d) adanya penghargaan dalam belajar; e) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehigga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2007:
23).
Menurut Sardiman (2007:
83), seseorang yang memiliki motivasi dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa)
3. Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses)
4. Lebih
senang bekerja mandiri
5. Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif
6. Dapat
mempertahankan pendapatnya
7. Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8. Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang telah
memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut dapat dikatakan
memiliki motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik,
apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah
dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif
terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah
termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami
kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang
ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain, adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan
melahirkan prestasi yang baik.
Lebih lanjut Amin
Kismoyowati (2011: 123) mengungkapkan ciri-ciri anak yang memiliki motivasi
tinggi yaitu siswa tersebut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,
lebih mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan ciri-ciri
anak yang memiliki motivasi belajar tinggi menurut Sardiman dan Amin
Kismoyowati tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki
motivasi tinggi yaitu:
1. Tekun
menghadapi tugas.
2. Ulet
menghadapi kesulitan.
3. Menunjukkan
minat.
4. Lebih
senang bekerja mandiri.
5. Cepat
bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6. Dapat
mempertahankan pendapatnya.
7. Tidak
mudah melepaskan hal yang diyakini.
8. Senang
mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Ciri-ciri di atas akan
dijadikan sebagai kisi-kisi untuk membuat instrumen dalam penelitian ini.
C.2 Strategi Pembelajaran ARCS
C.2.1 Latar Belakang Strategi ARCS
Strategi motivasi ARCS
ini dikembangkan oleh Keller (1987) yaitu strategi yang mengutamakan adanya
pengelolaan motivasional siswa selama mengikuti pembelajaran (Wena, 2009:34).
Dalam hal ini strategi motivasi ARCS merupakan strategi yang dapat digunakan guru
untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar. Strategi
motivasi ARCS ini mempunyai empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance
(kegunaan), Confidance (kepercayaan
diri) dan Satisfaction (kepuasan).
Keempat komponen ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu
dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Dalam strategi motivasi
ARCS ini, kita harus dapat memberikan perhatian dan menjelaskan manfaat dari
materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Selama proses pembelajaran
kita juga harus dapat menumbuhkan kepercayaan siswa akan kemampuan dirinya.
Pada akhir pembelajaran juga harus diberikan rasa puas kepada siswa agar siswa
terdorong untuk selalu belajar. Strategi motivasi ARCS memiliki kelebihan dalam
proses pembelajaran yaitu; dapat meningkatkan ketrampilan guru memotivasi siswa
dan meningkatkan ketrampilan siswa dalam bekerja.
C.2.2 Pengertian Model ARCS
Menurut Djamarah (2001)
model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) merupakan seperangkat prinsip-prinsip
motivasi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan).
Tujuan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) guru diharapkan dapat menyusun rencana pembelajaran yang mampu
memotivasi anak didik secara optimal. Dengan
kata lain model ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) menurut Usman (2000) bertujuan untuk
merangsang, meningkatkan, dan memelihara motivasi anak didik dalam belajar.
1. Attention (Perhatian)
Perhatian
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya yang bersifat lebih sementara dan ada
hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap, sedangkan
perhatian sifatnya sementara, ada kalanya menghilang.
Strategi
untuk merangsang minat dan perhatian siswa menurut Djamarah (2001) yaitu :
a.
Menggunakan
metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (kelompok diskusi, bermain
peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, dll).
Penggunaan
variasi mengajar terutama ditujukan untuk meningkatkan dan memelihara perhatian
siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. Karena dengan adanya
perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan akan mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Komponen-komponen
variasi mengajar yaitu variasi gaya mengajar meliputi variasi suara (guru dapat
bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan), penekanan, pemberian
waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi.
b.
Bila dirasa
perlu menggunakan humor dalam penyampaian pembelajaran.
c.
Menggunakan
peristiwa nyata, anekdot, dan contoh-contoh untu memperjelaskan konsep-konsep
yang diutarakan.
d.
Menggunakan
teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
2.
Relevance
(Relevansi)
Menurut
Yunita (2005) Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan
dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap
apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai
dengan nilai yang dipegang. Hal yang paling penting dalam mendidik anak
sesungguhnya adalah memahami anak itu sendiri, memberi perhatian kepada anak
sekaligus memahami apa yang ada di benak si anak.
Menurut
Hamalik (2003) Dalam tahap-tahap perkembangan individu murid dan satu aspek
yang paling menonjol adalah adanya bermacam-macam kebutuhan yang meminta
kepuasan. Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan murid. Dalam hal pendidikannya maka pengajaran di sekolah
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut, mata pelajaran dan prosedur
mengajar sejalan dengan tuntutan kebutuhan itu.
Strategi
untuk menunjukkan relevansi pembelajaran menurut Hamalik (2003) adalah :
a. Menyampaikan kepada murid apa yang akan dapat mereka
lakukan setelah mempelajari materi tertentu.
b. Menjelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang
akan dipelajari, dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan
nanti.
c.
Memberikan
contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi murid.
d. Menyampaikan isi kandungan materi dengan cara yang
mudah dipahami dan berkaitan dengan pengalaman dan nilai pelajar.
3.
Confidence
(Kepercayaan Diri)
Menurut
Athiyah (2007) Yang dimaksud rasa percaya diri ialah kemampuan untuk mengenali
batas kemampuan dirinya dan merasa tenteram dengan kemampuannya. Apabila kita
percaya akan kesanggupan manusia untuk belajar sendiri dan mengembangkan diri
sendiri, maka kepadanya harus diberi kesempatan atau kebebasan untuk memilih
sendiri caranya belajar. Karena itu kebebasan dalam belajar ini hanya dapat
dilakukan oleh guru yang tidak ragu-ragu tetapi percaya penuh atas kemampuan
murid itu.
Strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri murid menurut Nasution
(2000) yaitu :
a.
Meningkatkan
harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil siswa,
misalnya dengan menyusun pembelajaran agar mudah dipahami.
b.
Menyusun
pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga siswa tidak
dituntut mempelajari terlalu banyak konsep.
c.
Menumbuh
kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menyebutkan kelebihan dan kelemahan
pemahaman siswa terhadap suatu materi.
d.
Memberikan umpan
balik yang konstruktif agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar
mereka sejauh ini.
4.
Satisfaction
(Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan
kepuasan, kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang
diterima baik yang berasal dari dalam maupun luar anak didik.
Strategi untuk memberikan dan menghasilkan kepuasan
siswa, yaitu:
a. Pembelajaran harus bermanfaat atau memuaskan dalam
beberapa cara, apakah itu dari rasa prestasi, pujian dari yang lebih tinggi,
atau sekadar hiburan.
b. Membuat pelajar merasa seolah-olah keterampilan yang
berguna atau bermanfaat dengan memberikan kesempatan untuk menggunakan
pengetahuan yang baru diperoleh dalam pengaturan nyata.
c. Memberikan umpan balik dan penguatan. Ketika
pembelajar menghargai hasil, mereka akan termotivasi untuk belajar. Kepuasan
didasarkan pada motivasi, yang dapat intrinsik atau ekstrinsik.
d. Jangan meremehkan pelajar oleh lebih dari
tugas-tugas mudahmenguntungkan.
C.3 Hakikat
Fisika
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala
alam dari segi materi dan energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang
menggambarkan usaha, temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari
umat manusia (Wartono, 2003:18). Sedangkan menurut Mundilarto (2010: 4), fisika
sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang
terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta
metodologi keilmuan. Fisika adalah ilmu yang terbentuk melalui prosedur baku
atau biasa disebut sebagai metode ilmiah.
Menurut Lederman (2002), Nature of Science mengacu
pada nilai-nilai dan keyakinan yang melekat pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Menurut hakikatnya, fisika yang merupakan sains bukanlah sekedar kumpulan ilmu
pengetahuan semata. Lebih dari itu menurut Collette dan Chiappetta (1994),
sains merupakan a way of thinking (afektif), a way of investigating (proses),
dan a body of knowledge (kumpulan ilmu pengetahuan).
Aspek dari hakikat fisika yang pertama adalah fisika
sebagai sikap (a way of thinking). Fisika yang merupakan cabang ilmu IPA
(sains) memiliki karakter ilmiah, seperti tanggungjawab, jujur, objektif,
terbuka, rasa ingin tahu, percaya diri, dan lain-lain, yang melekat kuat.
Menurut Collette dan Chiappetta (1994), beberapa karakter tersebut adalah
sebagai beliefs (keyakinan), curiosity (rasa ingin tahu), imagination
(imajinasi), reasoning (penalaran), dan self-examination (pemahaman diri).
Menurut KBBI, keyakinan (beliefs) berarti kepercayaan dan sebagainya yang
sungguhsungguh, dan juga berarti sebagai bagian agama atau religi yang berwujud
konsep yang menjadi keyakinan (kepercayaan) para penganutnya. Keyakinan merupakan
dasar dari tindakan seseorang yang dipercayainya sebagai sesuatu yang benar dan
dapat dicapai. Keyakinan adalah sebuah hal yang sangat penting dimiliki oleh seseorang
apalagi sebagai makhluk beragama. Sebagai negara Pancasila, Indonesia menghimpun
karakter ini pada Kurikulum 2013, khususnya Kompetensi Inti (KI) 1. Karakter
lainnya, yaitu curiosity (rasa ingin tahu), imagination (imajinasi), reasoning (penalaran),
dan self-examination (pemahaman diri) tertampung dalam Kompetensi Inti 2
Kurikulum 2013. Karakter-karakter ini secara tidak langsung akan memperngaruhi
bagaimana seorang saintis atau fisikawan berpikir.
Aspek dari hakikat fisika yang kedua adalah fisika
sebagai proses (a way of investigating).
Proses sains diturunkan dari langkah-langkah
yang dikerjakan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah. Langkah-langkah
tersebut disebut sebagai keterampilan proses sains yang mencakup observasi, mengukur,
inferensi, memanipulasi variabel, merumuskan hipotesis, menyusun grafik dan
tabel data, mendefinisikan secara operasional, dan melaksanakan eksperimen
(Mundilarto, 2002: 13).
Menurut Hetherington, dkk. (dalam Collette dan
Chiappetta, 1994),memahami bagaimana proses terbentuknya suatu ilmu pengetahuan
itu lebih penting daripada ilmu pengetahuan itu sendiri. Mundilarto, membagi keterampilan
proses menjadi dua, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terpadu. Keterampilan proses sains dasar, meliputi: mengamati/observasi,
mengklasifikasi, berkomunikasi, mengukur, memprediksi, dan membuat inferensi.
Apabila dianalogikan dalam pembelajaran, kemampuan proses sains dasar dapat
tercerminkan sebagai aspek psikomotor yang dalam kurikulum 2013 dimasukkan
dalam KI 4. Sedangkan keterampilan proses sains terpadu, meliputi:
mengidentifikasi variabel, merumuskan definisi operasional dari variabel,
menyusun hipotesis,merancang penyelidikan. Keterampilan sains terpadu
tercerminkan sebagai proses berpikir tingkat tinggi.
Aspek dari hakikat fisika yang ketiga adalah fisika
sebagai produk (a body of knowledge).
IPA (termasuk fisika) sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan
informasi/fakta yang dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan
sikap-sikap ilmiah tersebut (Mundilarto, 2002: 2). Menurut Collette dan
Chiappetta (1994), fisika sebagai produk tersusun dari fakta, konsep, prinsip,
hukum, hipotesis, teori, dan model. Fisika sebagai produk juga dapat diartikan
sebagai informasi-informasi yang sudah masak yang ada dalam ilmu fisika.
C.3.1
Pembelajaran Fisika
Belajar merupakan kebutuhan pokok setiap manusia.
Melalui belajar, seseorang dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik
dan bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk. 2012: 74).
Adapun menurut Mundilarto (2002: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai proses
diperolehnya pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui
aktivitas diri.
Menurut UU. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut hakikatnya, fisika memiliki
tiga aspek utama yaitu aspek afektif, proses , dan ilmu. Sehingga pembelajaran
fisika hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut.
Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep
fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang
dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Mundilarto, 2002: 5).
Masih menurut Mundilarto (2012), pembelajaran fisika bukanlah dirancang untuk melahirkan
fisikawan atau saintis, akan tetapi dirancang untuk membantu siswa akan
pentingnya berpikir kritis akan hal-hal baru yang ditemuinya berdasarkan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diyakini akan kebenarannya.
Pembelajaran fisika membantu peserta didik untuk
mengembangkan diri menjadi individu yang memiliki sikap ilmiah, mampu memproses
fenomena dan pengetahuan yang diperoleh serta mampu memahami bagaimana
fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya bekerja.
C.4 Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini,
penulis berusaha menggali informasi terhadap jurnal atau karya ilmiah yang
lainnya yang relevan dengan permasalahan yang sedang digarap oleh peneliti
sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah-masalah yang diteliti
baik dalam segi metode dan objek penelitian, yaitu sebagai berikut :
1. skripsi
Trisnawati yang berjudul “Implementasi Model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) dalam Pembelajaran PAI di SMAN Brebes tahun
2008/2009”. Menjelaskan bahwa dengan pemberian motivasi melalui model ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) anak didik termotivasi untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan aktif dan semangat sehingga hasil
belajar yang dicapai optimal terutama aspek psikomotorik dengan dikuasainya
teknik dalam bertanya (gerakan refleks) dan gerakan ekspresif dengan ditandai
sikap murid yang kooperatif pada saat proses belajar mengajar.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Maria Sumarsi, Desi Christanti
dan Emida Simanjuntak mengenai “Analisis Motivasi Belajar Ekstrinsik dan
Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIKA Widya
Manggala Surabaya”. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
motivasi ARCS yang hasilnya
menunjukkan bahwa setelah mengendalikan faktor inteligensi dan motivasi
intrinsik, ternyata pada mata kuliah psikologi belajar dan psikologi
kepribadian ada pengaruh yang signifikan dari keempat komponen motivasi belajar
ekstrinsik terhadap NAS dan R2 sebesar 26,5 % untuk psikologi
belajar dan R2 sebesar 13,3 % untuk psikologi kepribadian. Terutama
pada aspek afektif dengan meningkatnya minat belajar mahasiswa dengan adanya
hasrat untuk belajar (penerimaan) menjawab (reaksi).
3.
Skripsi Supartini yang berjudul, “Hubungan Motivasi Belajar Siswa
di SMK Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan tahun 2007-2008”. Dalam skripsi ini
menjelaskan bahwa motivasi belajar berperan signifikan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa, semakin tinggi pemberian motivasi kepada siswa maka semakin
tinggi pula tingkat prestasi belajarnya. Sesuai dengan pengujian hipotesis
dimana thitung lebih besar dari pada ttabel (thitung = 3,1 dan ttabel = 1,684) dalam perhitungan koefisien
determinasi diperoleh nilai KD = 23% yang artinya besar pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa adalah 23 %. Terutama pada aspek kognitif
dengan diberikannya soal-soal yang mengacu pada hafalan (mampu menyebutkan dan
mengklasifikasi), pemahaman, menerapkan dan mengevaluasi, dan juga aspek
psikomotorik terutama pada gerakan refleks dengan kooperatifnya sikap
murid-murid selama proses belajar mengajar.
C.5
Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti
dengan melakukan wawancara guru serta memberi angket motivasi kepada siswa
yaitu pada pembelajaran fisika kelas X MIA 4 SMAN 2 Muaro Jambi diperoleh bahwa
keaktifan peserta didik belum optimal. Pembelajaran di kelas masih terfokus
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan
utama strategi belajar untuk dapat meningkatkan perhatian dan memotivasi
peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil peserta didik.
Metode belajar yang dapat meningkatkan
perhatian dan memotivasi peserta didik adalah pembelajaran dengan menggunakan
model ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction). Oleh sebab itu peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada
pembelajaran fisika untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta
untuk memecahkan masalah tersebut.
C.6
Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan yang diajukan yaitu
“semakin baik kualitas Model ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)
pada pembelajaran fisika, maka evaluasi hasil belajar dari motivasi peserta didik juga akan semakin baik. Begitu juga
sebaliknya semakin rendah kualitas pembelajaran fisika, maka evaluasi hasil
belajar dari motivasi belajar peserta didik juga semakin menurun”.
D. METODOLOGI
PENELITIAN
D.1
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi
penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan April 2018.
D.2
Subjek Penelitian
Subjek penelitian
adalah 28 siswa kelas X MIPA 4 di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI dengan jumlah siswa
laki-laki sebanyak 11 orang dan siswa perempuan sebanyak 17 orang.
D.3
Data dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
berbasis kelas (classroom action research) pada siswa kelas X MIPA 4 di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI
melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung dalam upaya
meningkatkan motivasi siswa. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model
Kurt Lewi.
Menurut Sugiyono (2009) Sumber data adalah segala
sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya,
data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1.
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan
permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
2.
Data sekunder
yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta
situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.
D.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.
Observasi
dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP melalui strategi ARCS dalam
setting pengajaran langsung dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2.
Angket diberikan
kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkannya
strategi ARCS dalam setting
pengajaran langsung.
3.
Dokumentasi yang
diambil dalam penelitian ini adalah foto saat proses pembelajaran berlangsung.
Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitan ini terdiri atas rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), hand out,
lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi, dan lembar angket motivasi siswa.
Indikator keberhasilan penelitian adalah motivasi siswa mengalami peningkatan
dan berkategori baik, keterlaksanaan RPP minimal terlaksana dengan baik, hasil
belajar siswa memenuhi ketuntasan secara klasikal, dan aktivitas siswa
berkategori baik.
D.5
Teknik Analisis Data
a.
Analisis Data Kuantitatif
Analisis hasil
pengisian angket motivasi dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing
butir pada lembar angket.
Tabel.1
Penskoran Angket Motivasi siswa
|
Skor Jawaban
|
||||
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
STS
|
|
Pernyataan
Positif (+)
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pernyataan
Negatif (-)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
Keterangan :
SS = Sangat
Setuju
S = Setuju
KS = Kurang
Setuju
TS = Tidak
Setuju
STS = Sangat
Tidak Setuju
Selanjutnya cari rata-rata angket motivasi dengan cara statistik kuantitatif
deskriptif :
a.
Menghitung
banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai indikator yang diamati.
b.
Mencari besar
persentase skor aktivitas belajar-belajar siswa setiap indikator yang diamati
pada setiap siklus dengan cara :
Persentase =
x 100
c.
Menghitung
rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati
pada setiap siklus.
d.
Mengkategorikan
rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada
setiap siklus, sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk membuat
kesimpulan mengenai aktivitas belajar siswa.
Menurut Riduwan (2007), kriteria persentase untuk skor hasil angket
motivasi siswa terhadap pelajaran fisika, sebagai berikut :
Tabel.2
Kriteria persentase untuk skor hasil angket motivasi siswa
Persentase yang diperoleh
|
Keterangan
|
85% ≤ P ≤ 100%
|
Sangat Tinggi
|
70% ≤ P ≤ 85%
|
Tinggi
|
55% ≤ P ≤ 70%
|
Sedang
|
40% ≤ P ≤ 55%
|
Rendah
|
0% ≤ P ≤ 40%
|
Sangat Rendah
|
b. Analisis
Data Kualitatif
Adapun teknik analisa data untuk data kualitatif menggunakan teknik coding. Coding merupakan proses mengorganisasikan data dengan mengumpulkan
potongan (bagian teks atau bagian gambar) dan menuliskan kategori dalam
batasan-batasan (Creswell, 2015). Langkah ini melibatkan pengambilan data
tulisan atau gambar yang dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi
kalimat atau gambar kedalam kategori, kemudian melabeli kategori dengan istilah
khusus.
D.6 Indikator
Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan
dengan perubahan ke arah perbaikan, terkait dengan motivasi belajar di kelas X
MIA 4 SMAN 2 Muaro Jambi.
Peningkatan motivasi siswa dilihat dari aktivitas belajar siswa selama
kegiatan belajar mengajar ≤ 70 %.
D.7
Prosedur
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research), pengertian penelitian tindakan kelas
untuk mengidentifikasi penelitian kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inquiry, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Wiriaatdaja,
2005).
Penelitian Tindakan
Kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja
tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar (Arikunto,
2006).
Tindakan kelas ini terdiri atas 2
siklus, setiap siklus meliputi 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Refleksi dari siklus pertama digunakan sebagai patokan
untuk perbaikan tindakan pelaksanaan siklus selanjutnya. Alur penelitian
tindakan kelas ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar
1.1 Bagan alur penelitian tindakan kelas (Wiriaatdaja,
2005)
Adapun uraian
masing-masing tahapan pada bagan alur di atas adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Pada tahap
perencanaan, peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung (Suhardjono, 2002).
2.
Pelaksanaan
tindakan
Pada tahap ini
rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatihkan kepada si
pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di kelas sesuai dengan
skenarionya (Suhardjono, 2002).
3.
Observasi
Observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan yang telah mencapai sasaran (Arikunto, 2002).
Menurut Arikunto
(2002) pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai
peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Penelitian data ini dilakukan
dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk
juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu
serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan
dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dll)
atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, dan
lain-lain.
4.
Refleksi
Tahapan ini
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna
menyempurnakan tindakan yang telah dilakukan (Arikunto, 2002).
Refleksi dalam
PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan, jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat diatasi.
Penelitian
tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam
pelajaran. Jadi keseluruhan pelaksanaan tindakan kelas ini memerlukan 8 jam
pelajaran.
Adapun
tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Pra Siklus
Berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti yaitu pada pembelajaran fisika kelas X MIPA 4
SMA Negeri 2 Muaro Jambi diketahui bahwa nilai ulangan harian
siswa di kelas X MIPA 4 merupakan yang paling rendah dibandingkan kelas X
lainnya. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa cenderung pasif di
kelas dan malas untuk membaca. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan sering memberikan tugas tanpa mengecek pemahaman siswa dan tidak
memberikan umpan balik. Oleh karena
itu perlu disusun rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi peserta
didik.
Adapun
perencanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan mempersiapkan hal-hal
sebagai berikut :
1.
Persiapan
a.
Membuat silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Dalam silabus mata pelajaran fisika konsep
lingkungan memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator pembelajaran, sistem penilaian, alokasi waktu, dan alat/sarana/sumber
belajar. Berdasarkan silabus, persiapan pembelajaran dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran
secara rinci.
b.
Mempersiapkan
skenario pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran konsep lingkungan dilakukan
dengan metode observasi dan diskusi melalui model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar sekolah. Setiap siklus dilakukan refleksi untuk menganalisa
pelaksanaan tindakan.
2.
Penyusunan
Instrumen
Instrumen ialah
alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen
yang digunakan adalah angket motivasi yang dibuat peneliti sendiri, sehingga
perlu divalidasi untuk mengetahui cocok atau tidak isi angket tersebut.
3.
Pelaksanaan
Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan
tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapan-tahapan tindakan sebagaimana
yang tercantum dalam skenario pembelajaran. Adapun tahapan-tahapannya sebagai
berikut :
a.
Siklus I
1)
Perencanaan
a.
Peneliti
menyusun angket motivasi siklus I, merancang pembelajaran menggunakan metode
ceramah disertai apersepsi dan humor.
b.
Peneliti
menyiapkan pendokumentasian, lembar refleksi dan evaluasi.
2)
Tindakan
Peneliti melaksanakankegiatan
pembelajaran di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat, kemudian di akhir jam pelajaran peneliti memberikan
angket motivasi kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya.
3)
Pengamatan atau
Observasi
a.
Peneliti
mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
b.
Peneliti
mengamati perubahan-perubahan respon peserta didik selama pembelajaran
berlangsung setelah diberikan motivasi.
c.
Peneliti mengamati
atau mencatat siswa yang aktif, atau berani menjawab pertanyaan.
4)
Refleksi
a.
Menganalisis
hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan
pengajaran pada siklus I.
b.
Mendiskusikan
hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian
dalam siklus II.
b.
Siklus II
Pada prinsipnya semua kegiatan siklus II hampir sama
dengan kegiatan siklus I, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama
didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Riduwan. 2007. Rumus
dan Data dalam Aplikasi Statistika. Bandung:
Alfabeta.
Arends, R.I. 2001. Exploring
Teaching: An Introduction to Education. New
York: Mc Graw-Hill Companies.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Creswell, John W. 2015. Penelitian
Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hannan, Athiyah. 2007. Mendidik
Anak Perempuan di Masa Remaja. Jakarta
: Sinar Grafika Offset.
Ike, Yunita. 2005. Prinsip
Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Minat Belajar
Anak. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Jon E. Roeckelein. 2013. Kamus
Psikologi: Teori, Hukum, dan Konsep Edisi
pertama. Jakarta: Kencan.
Kismoyowati, A. 2011. Pengaruh
Motivasi Belajar Dan Kegiatan Belajar Siswa
Terhadap Kecakapan Hidup Siswa. Jurnal ISSN 12112- 565X.120 (1).120-126.
Koes, Supriyono. 2003. Strategi
Pembelajaran Fisika. Malang: JICA.
Kosasih. 2015. Strategi
Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.
Maunah, B. 2009. Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta : Teras.
Mulyasa. 2010. Praktik
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2000. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Nur, Muhammad dan Soeparman Kardi. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:
Unesa University Press.
Oemar, Hamalik. 2003. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Roestiyah. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rooijakkers, Ad. 2010. Mengajar
dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.
Rosdiani, D. 2012. Model
Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi
dan Motivasi dalam Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudirman. 2014. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sugiyono. 2009. Metode
Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: CV Alfabeta.
Suhardjono. 2002. Peneliti
Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta : Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B.
2007. Model Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Uzer, Usman. 2000. Menjadi
Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya.
Wena, Made. 2009. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Winkel, W. S.
2004. Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar