PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS OLEH RIKA IRMAYANTI


 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI DENGAN STRATEGI MOTIVASI ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDANCE, SATISFACTION (ARCS)



PROPOSAL SKRIPSI






OLEH :
RIKA IRMAYANTI
NIM. A1C315016


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JAMBI
MARET, 2018


A.    UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO DENGAN STRATEGI MOTIVASI ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDANCE, SATISFACTION (ARCS)

B.     PENDAHULUAN
B.1   Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan pembangunan, salah satunya adalah pendidikan MIPA. Pendidikan MIPA merupakan cabang ilmu pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian, karena menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Mata pelajaran yang termasuk dalam cabang ilmu pendidikan MIPA adalah mata pelajaran fisika.
Menurut Kanginan (2004), fisika adalah ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika adalah bidang studi yang diberikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tujuan untuk memberikan seperangkat pengetahuan, bentukbentuk keterampilan dan penanaman sikap dan nilai dalam konteks disiplin ilmu fisika (Depdiknas, 2007). Melihat tujuan tersebut, pelajaran fisika di SMA dikembangkan dalam kerangka memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam menjelajahi dan memahami alam di sekitarnya secara ilmiah dan mempersiapkan siswa yang melek sains dan teknologi untuk memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya, melalui pengembangan keterampilan proses, keterampilan berfikir, penguasaan konsep sains dan kegiatan teknologi. Pendidikan fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa tentang konsep, prinsip, dan proses penemuan dalam materi-materi fisika. Tujuan pendidikan fisika dapat dicapai, apabila siswa bisa mencapai kompetensi pembelajaran.
Undang-Undang No.20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa, kompetensi (lulusan) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan, yang akan menjadi acuan pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kosasih, 2015). Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan motivasi yang tinggi dari peserta didik agar dapat mengoptimalkan kegiatan belajar. Keinginan untuk mencapai hal tertentu berdasarkan pada motivasi tertentu. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas yang dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar (Rooijakkers, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas X di SMAN 2 MUARO JAMBI pada tanggal 6 Februari 2018 dapat diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa di kelas X MIPA 4 merupakan yang paling rendah dibandingkan kelas X lainnya. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa cenderung pasif di kelas dan malas untuk membaca. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah murni dan sering memberikan tugas tanpa mengecek pemahaman siswa dan tidak memberikan umpan balik. Ceramah murni sering kali membuat siswa bosan. Maka dalam pelaksanaannya perlu dikombinasikan dengan berbagai macam metode, untuk mempertahankan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Roestiyah, 2001).
Selanjutnya dari hasil observasi awal melalui penyebaran angket di kelas X MIPA 4 SMAN 2 MUARO JAMBI diperoleh data angket motivasi terhadap mata pelajaran fisika yang telah dilaksanakan kepada seluruh siswa kelas X MIPA 4 SMAN 2 Muaro Jambi dengan jumlah 11 orang siswa laki-laki dan 16 siswi perempuan, maka didapatkan persentase dengan interval skor  52 sebesar 15%, interval 52 < X  sebesar 74% dan dalam rentang interval 69,33 < X  sebesar 11%. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012) dengan rentang interval dari instrumen angket motivasi yang digunakan yang menyatakan bahwa jika skor nilai angket menunjukkan pada rentang interval skor  dikatakan bahwa motivasi siswa sangat rendah dan dalam penyebaran angket didapat sebesar 15% siswa bermotivasi sangat rendah. Jika skor nilai pada rentang interval 52 < X  dikatakan bahwa motivasi siswa dikategorikan rendah. Maka diketahui bahwa sebanyak 74% siswa bermotivasi rendah terhadap pembelajaran fisika. Kemudian kategori motivasi dalam rentang interval 69,33 < X  dikatakan berada dalam tingkat motivasi kategori sedang. Sehingga diketahui bahwa sebanyak 11% siswa kelas X MIPA 4 berada pada tingkat motivasi kategori sedang. Maka dari data dapat dikalkulasikan bahwa persentase tingkat motivasi siswa kelas X MIPA 4 SMAN 2 Muaro Jambi banyak yang berada pada kategori rendah, dengan total keseluruhan siswa dapat diketahui bahwa rentang keseluruhan siswa berada pada kategori sedang sampai tingkat sangat rendah.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah diperlukan suatu cara untuk mempertahankan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran fisika akan lebih baik jika siswa dapat belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Penggunaan strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung selama proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. ARCS merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Relevance (relenvansi), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan). Proses belajar-mengajar menjadi tidak terlalu kaku dan monoton. Strategi ini akan meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar siswa, akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Jika siswa tertarik terhadap pembelajaran fisika, maka siswa akan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga mereka dapat memahami suatu materi dan dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru dengan baik. Semakin tinggi motivasi siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Model pengajaran langsung dapat digunakan dengan menggunakan kombinasi metode demonstrasi dan tanya jawab, serta menggunakan media. Sehingga pembelajaran tidak membosankan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berkeyakinan bahwa semakin tinggi motivasi siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIPA 4 SMA NEGERI 2 MUARO DENGAN STRATEGI MOTIVASI ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDANCE, SATISFACTION (ARCS) “.

B.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Apakah Strategi ARCS dapat  meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi?
2.      Bagaimana keefektifan Strategi ARCS dapat  meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi?

B.3   Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:
1.      Untuk mengetahui apakah strategi ARCS dapat  meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi
2.      Untuk mengetahui bagaimana keefektifan Strategi ARCS dapat  meningkatkan motivasi belajar Fisika siswa kelas X MIPA 4 Di SMA Negeri 2 Muaro Jambi

1.        Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.    Untuk siswa
·      Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
2.    Untuk guru
·      Memberikan semangat dan motivasi kepada guru agar senantiasa memberikan model dan strategi pembelajaran yang menarik kepada siswa dalam pembelajaran fisika
3.    Untuk sekolah
·      Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

C.    KAJIAN PUSTAKA
C.1  Motivasi Belajar
C.1.1       Pengertian Motivasi
Menurut Roeckelein (2013) Istilah motivasi datang dari akar kata bahasa latin “mot-“ (yang berarti “bergerak”) yang sama seperti istilah emosi. Istilah motif berguna untuk menjelaskan desakan-desakan internal yang mengaktifkan dan memberikan arah untuk berperilaku. Istilah lain yang berhubungan menekankan aspek yang berbeda dari motivasi. Sebagai contoh, kebutuhan atau need yang menekankan aspek yang berbeda dari motivasi. Sebagai contoh, kebutuhan atau need yang menekankan aspek kekurangan atau keinginan; drive atau dorongan yang menekankan aspek pendorong dan pemberi tenaga; dan incentive (pendorong) yang memfokuskan pada tujuan motivasi. Secara umum, teori – teori motivasi berkaitan dengan sebab-sebab perilaku terjadi dan mengacu pada keadaan internal organisme dan juga tujuan eksternal (penguatan) dalam lingkungan. Secara khusus, motivasi meliputi pemberian kekuatan atau energi perilaku dan arah tujuan dimana terdapat perbedaan yang dibuat antara disposisi organisme dan pembangkitnya.
C.1.2       Pengertian Motivasi Belajar 
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.  Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara  potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced  practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Hamzah B. Uno, 2007: 23). Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugihartono (2007: 74) mengungkapkan pendapatnya tentang belajar yaitu merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Lebih lanjut Winkel, W.S. (2004: 59) mengungkapkan pendapatnya tentang belajar yaitu suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam  interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut disebut sebagai motivasi belajar.
Motivasi belajar dapat timbul faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.  Kedua faktor tersebut tetap membutuhkan rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk belajar dengan lebih giat dan semangat.
Definisi motivasi belajar menurut Winkel, W.S. (2004: 169), ialah  keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kehidupan belajar dan memberi arah kepada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Hamzah B. Uno (2007: 23), mengemukakan hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Lebih lanjut Sardiman (2007: 75) mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang ada pada diri siswa yang memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

C.1.3       Peranan Motivasi dalam Pembelajaran
Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sudirman (2014):
1.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan di kerjakan.
2.       Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujauannya.
3.       Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Disamping itu ada juga fungsi – fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan usaha dengan adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adnya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang bai. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

C.1.4       Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Menurut Mulyasa (2010: 196-198), banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
1.       Kehangatan dan semangat
Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.       Membangkitkan rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri setiap peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain memberikan cerita yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan.
3.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelas.
4.       Memperhatikan minat belajar peserta didik
Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat mereka secara keseluruhan.
C.1.5       Indikator dan Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Hamzah B. Uno, 2007: 23). Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; d) adanya penghargaan dalam belajar; e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehigga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Hamzah B. Uno, 2007: 23).
Menurut Sardiman (2007: 83), seseorang yang memiliki motivasi dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.       Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2.       Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa)
3.       Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses)
4.       Lebih senang bekerja mandiri
5.       Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif
6.       Dapat mempertahankan pendapatnya
7.       Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
8.       Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang tersebut dapat dikatakan memiliki motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, apabila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Selain itu siswa juga harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi yang baik.
Lebih lanjut Amin Kismoyowati (2011: 123) mengungkapkan ciri-ciri anak yang memiliki motivasi tinggi yaitu siswa tersebut tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, lebih mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, senang dan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan ciri-ciri anak yang memiliki motivasi belajar tinggi menurut Sardiman dan Amin Kismoyowati tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi tinggi yaitu:
1.      Tekun menghadapi tugas.
2.      Ulet menghadapi kesulitan.
3.      Menunjukkan minat.
4.      Lebih senang bekerja mandiri.
5.      Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6.      Dapat mempertahankan pendapatnya.
7.      Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
8.      Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Ciri-ciri di atas akan dijadikan sebagai kisi-kisi untuk membuat instrumen dalam penelitian ini.
C.2  Strategi Pembelajaran ARCS
C.2.1 Latar Belakang Strategi ARCS
Strategi motivasi ARCS ini dikembangkan oleh Keller (1987) yaitu strategi yang mengutamakan adanya pengelolaan motivasional siswa selama mengikuti pembelajaran (Wena, 2009:34). Dalam hal ini strategi motivasi ARCS merupakan strategi yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar. Strategi motivasi ARCS ini mempunyai empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance (kegunaan), Confidance (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan). Keempat komponen ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
Dalam strategi motivasi ARCS ini, kita harus dapat memberikan perhatian dan menjelaskan manfaat dari materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Selama proses pembelajaran kita juga harus dapat menumbuhkan kepercayaan siswa akan kemampuan dirinya. Pada akhir pembelajaran juga harus diberikan rasa puas kepada siswa agar siswa terdorong untuk selalu belajar. Strategi motivasi ARCS memiliki kelebihan dalam proses pembelajaran yaitu; dapat meningkatkan ketrampilan guru memotivasi siswa dan meningkatkan ketrampilan siswa dalam bekerja.

C.2.2 Pengertian Model ARCS
Menurut Djamarah (2001) model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) merupakan seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang diterapkan dalam proses belajar mengajar yang terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan).
Tujuan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) guru diharapkan dapat menyusun rencana pembelajaran yang mampu memotivasi anak didik secara optimal. Dengan kata lain model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) menurut Usman (2000) bertujuan untuk merangsang, meningkatkan, dan memelihara motivasi anak didik dalam belajar.
1.      Attention (Perhatian)
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya yang bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap, sedangkan perhatian sifatnya sementara, ada kalanya menghilang.
Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa menurut Djamarah (2001) yaitu :
a.       Menggunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, dll).
Penggunaan variasi mengajar terutama ditujukan untuk meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar. Karena dengan adanya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Komponen-komponen variasi mengajar yaitu variasi gaya mengajar meliputi variasi suara (guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan), penekanan, pemberian waktu, kontak pandang, gerakan anggota badan, dan pindah posisi.
b.       Bila dirasa perlu menggunakan humor dalam penyampaian pembelajaran.
c.        Menggunakan peristiwa nyata, anekdot, dan contoh-contoh untu memperjelaskan konsep-konsep yang diutarakan.
d.       Menggunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

2.     Relevance (Relevansi)
Menurut Yunita (2005) Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Hal yang paling penting dalam mendidik anak sesungguhnya adalah memahami anak itu sendiri, memberi perhatian kepada anak sekaligus memahami apa yang ada di benak si anak.
Menurut Hamalik (2003) Dalam tahap-tahap perkembangan individu murid dan satu aspek yang paling menonjol adalah adanya bermacam-macam kebutuhan yang meminta kepuasan. Sekolah adalah suatu lembaga sosial yang berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan murid. Dalam hal pendidikannya maka pengajaran di sekolah disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut, mata pelajaran dan prosedur mengajar sejalan dengan tuntutan kebutuhan itu.
Strategi untuk menunjukkan relevansi pembelajaran menurut Hamalik (2003) adalah :
a.       Menyampaikan kepada murid apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi tertentu.
b.       Menjelaskan manfaat pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari, dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti.
c.        Memberikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi murid.
d.       Menyampaikan isi kandungan materi dengan cara yang mudah dipahami dan berkaitan dengan pengalaman dan nilai pelajar.

3.     Confidence (Kepercayaan Diri)
Menurut Athiyah (2007) Yang dimaksud rasa percaya diri ialah kemampuan untuk mengenali batas kemampuan dirinya dan merasa tenteram dengan kemampuannya. Apabila kita percaya akan kesanggupan manusia untuk belajar sendiri dan mengembangkan diri sendiri, maka kepadanya harus diberi kesempatan atau kebebasan untuk memilih sendiri caranya belajar. Karena itu kebebasan dalam belajar ini hanya dapat dilakukan oleh guru yang tidak ragu-ragu tetapi percaya penuh atas kemampuan murid itu.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri murid menurut Nasution (2000) yaitu :
a.          Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan menyusun pembelajaran agar mudah dipahami.
b.          Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil sehingga siswa tidak dituntut mempelajari terlalu banyak konsep.
c.          Menumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menyebutkan kelebihan dan kelemahan pemahaman siswa terhadap suatu materi. 
d.          Memberikan umpan balik yang konstruktif agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.

4.     Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima baik yang berasal dari dalam maupun luar anak didik.
Strategi untuk memberikan dan menghasilkan kepuasan siswa, yaitu:
a.       Pembelajaran harus bermanfaat atau memuaskan dalam beberapa cara, apakah itu dari rasa prestasi, pujian dari yang lebih tinggi, atau sekadar hiburan.
b.      Membuat pelajar merasa seolah-olah keterampilan yang berguna atau bermanfaat dengan memberikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan yang baru diperoleh dalam pengaturan nyata.
c.       Memberikan umpan balik dan penguatan. Ketika pembelajar menghargai hasil, mereka akan termotivasi untuk belajar. Kepuasan didasarkan pada motivasi, yang dapat intrinsik atau ekstrinsik.
d.      Jangan meremehkan pelajar oleh lebih dari tugas-tugas mudahmenguntungkan.

C.3  Hakikat Fisika
Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dari segi materi dan energinya. Fisika adalah bangun pengetahuan yang menggambarkan usaha, temuan, wawasan dan kearifan yang bersifat kolektif dari umat manusia (Wartono, 2003:18). Sedangkan menurut Mundilarto (2010: 4), fisika sebagai ilmu dasar memiliki karakteristik yang mencakup bangun ilmu yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan. Fisika adalah ilmu yang terbentuk melalui prosedur baku atau biasa disebut sebagai metode ilmiah.
Menurut Lederman (2002), Nature of Science mengacu pada nilai-nilai dan keyakinan yang melekat pada pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut hakikatnya, fisika yang merupakan sains bukanlah sekedar kumpulan ilmu pengetahuan semata. Lebih dari itu menurut Collette dan Chiappetta (1994), sains merupakan a way of thinking (afektif), a way of investigating (proses), dan a body of knowledge (kumpulan ilmu pengetahuan).
Aspek dari hakikat fisika yang pertama adalah fisika sebagai sikap (a way of thinking). Fisika yang merupakan cabang ilmu IPA (sains) memiliki karakter ilmiah, seperti tanggungjawab, jujur, objektif, terbuka, rasa ingin tahu, percaya diri, dan lain-lain, yang melekat kuat. Menurut Collette dan Chiappetta (1994), beberapa karakter tersebut adalah sebagai beliefs (keyakinan), curiosity (rasa ingin tahu), imagination (imajinasi), reasoning (penalaran), dan self-examination (pemahaman diri). Menurut KBBI, keyakinan (beliefs) berarti kepercayaan dan sebagainya yang sungguhsungguh, dan juga berarti sebagai bagian agama atau religi yang berwujud konsep yang menjadi keyakinan (kepercayaan) para penganutnya. Keyakinan merupakan dasar dari tindakan seseorang yang dipercayainya sebagai sesuatu yang benar dan dapat dicapai. Keyakinan adalah sebuah hal yang sangat penting dimiliki oleh seseorang apalagi sebagai makhluk beragama. Sebagai negara Pancasila, Indonesia menghimpun karakter ini pada Kurikulum 2013, khususnya Kompetensi Inti (KI) 1. Karakter lainnya, yaitu curiosity (rasa ingin tahu), imagination (imajinasi), reasoning (penalaran), dan self-examination (pemahaman diri) tertampung dalam Kompetensi Inti 2 Kurikulum 2013. Karakter-karakter ini secara tidak langsung akan memperngaruhi bagaimana seorang saintis atau fisikawan berpikir.
Aspek dari hakikat fisika yang kedua adalah fisika sebagai proses (a way of investigating).
Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dikerjakan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah. Langkah-langkah tersebut disebut sebagai keterampilan proses sains yang mencakup observasi, mengukur, inferensi, memanipulasi variabel, merumuskan hipotesis, menyusun grafik dan tabel data, mendefinisikan secara operasional, dan melaksanakan eksperimen (Mundilarto, 2002: 13).

Menurut Hetherington, dkk. (dalam Collette dan Chiappetta, 1994),memahami bagaimana proses terbentuknya suatu ilmu pengetahuan itu lebih penting daripada ilmu pengetahuan itu sendiri. Mundilarto, membagi keterampilan proses menjadi dua, yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses sains dasar, meliputi: mengamati/observasi, mengklasifikasi, berkomunikasi, mengukur, memprediksi, dan membuat inferensi. Apabila dianalogikan dalam pembelajaran, kemampuan proses sains dasar dapat tercerminkan sebagai aspek psikomotor yang dalam kurikulum 2013 dimasukkan dalam KI 4. Sedangkan keterampilan proses sains terpadu, meliputi: mengidentifikasi variabel, merumuskan definisi operasional dari variabel, menyusun hipotesis,merancang penyelidikan. Keterampilan sains terpadu tercerminkan sebagai proses berpikir tingkat tinggi.
Aspek dari hakikat fisika yang ketiga adalah fisika sebagai produk (a body of knowledge). IPA (termasuk fisika) sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan informasi/fakta yang dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah tersebut (Mundilarto, 2002: 2). Menurut Collette dan Chiappetta (1994), fisika sebagai produk tersusun dari fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model. Fisika sebagai produk juga dapat diartikan sebagai informasi-informasi yang sudah masak yang ada dalam ilmu fisika.

C.3.1 Pembelajaran Fisika
Belajar merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Melalui belajar, seseorang dapat berkembang menjadi individu yang lebih baik dan bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk. 2012: 74). Adapun menurut Mundilarto (2002: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri.
Menurut UU. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut hakikatnya, fisika memiliki tiga aspek utama yaitu aspek afektif, proses , dan ilmu. Sehingga pembelajaran fisika hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan ketiga aspek tersebut. Mata pelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa (Mundilarto, 2002: 5). Masih menurut Mundilarto (2012), pembelajaran fisika bukanlah dirancang untuk melahirkan fisikawan atau saintis, akan tetapi dirancang untuk membantu siswa akan pentingnya berpikir kritis akan hal-hal baru yang ditemuinya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diyakini akan kebenarannya.
Pembelajaran fisika membantu peserta didik untuk mengembangkan diri menjadi individu yang memiliki sikap ilmiah, mampu memproses fenomena dan pengetahuan yang diperoleh serta mampu memahami bagaimana fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya bekerja.

C.4  Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, penulis berusaha menggali informasi terhadap jurnal atau karya ilmiah yang lainnya yang relevan dengan permasalahan yang sedang digarap oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah-masalah yang diteliti baik dalam segi metode dan objek penelitian, yaitu sebagai berikut :
1.      skripsi Trisnawati yang berjudul “Implementasi Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam Pembelajaran PAI di SMAN Brebes tahun 2008/2009”. Menjelaskan bahwa dengan pemberian motivasi melalui model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) anak didik termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan aktif dan semangat sehingga hasil belajar yang dicapai optimal terutama aspek psikomotorik dengan dikuasainya teknik dalam bertanya (gerakan refleks) dan gerakan ekspresif dengan ditandai sikap murid yang kooperatif pada saat proses belajar mengajar.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Maria Sumarsi, Desi Christanti dan Emida Simanjuntak mengenai “Analisis Motivasi Belajar Ekstrinsik dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIKA Widya Manggala Surabaya”. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan pendekatan motivasi ARCS yang hasilnya menunjukkan bahwa setelah mengendalikan faktor inteligensi dan motivasi intrinsik, ternyata pada mata kuliah psikologi belajar dan psikologi kepribadian ada pengaruh yang signifikan dari keempat komponen motivasi belajar ekstrinsik terhadap NAS dan R2 sebesar 26,5 % untuk psikologi belajar dan R2 sebesar 13,3 % untuk psikologi kepribadian. Terutama pada aspek afektif dengan meningkatnya minat belajar mahasiswa dengan adanya hasrat untuk belajar (penerimaan) menjawab (reaksi).
3.      Skripsi Supartini yang berjudul, “Hubungan Motivasi Belajar Siswa di SMK Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan tahun 2007-2008”. Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa motivasi belajar berperan signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa, semakin tinggi pemberian motivasi kepada siswa maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajarnya. Sesuai dengan pengujian hipotesis dimana thitung lebih besar dari pada ttabel (thitung = 3,1 dan ttabel = 1,684) dalam perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai KD = 23% yang artinya besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa adalah 23 %. Terutama pada aspek kognitif dengan diberikannya soal-soal yang mengacu pada hafalan (mampu menyebutkan dan mengklasifikasi), pemahaman, menerapkan dan mengevaluasi, dan juga aspek psikomotorik terutama pada gerakan refleks dengan kooperatifnya sikap murid-murid selama proses belajar mengajar.

C.5  Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara guru serta memberi angket motivasi kepada siswa yaitu pada pembelajaran fisika kelas X MIA 4 SMAN 2 Muaro Jambi diperoleh bahwa keaktifan peserta didik belum optimal. Pembelajaran di kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar untuk dapat meningkatkan perhatian dan memotivasi peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil peserta didik.
Metode belajar yang dapat meningkatkan perhatian dan memotivasi peserta didik adalah pembelajaran dengan menggunakan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction). Oleh sebab itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta untuk memecahkan masalah tersebut.

C.6  Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis tindakan yang diajukan yaitu “semakin baik kualitas Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada pembelajaran fisika, maka evaluasi hasil belajar dari motivasi peserta didik juga akan semakin baik. Begitu juga sebaliknya semakin rendah kualitas pembelajaran fisika, maka evaluasi hasil belajar dari motivasi belajar peserta didik juga semakin menurun”.

D.  METODOLOGI PENELITIAN
D.1  Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2018.

D.2  Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 28 siswa kelas X MIPA 4 di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 11 orang dan siswa perempuan sebanyak 17 orang.

D.3  Data dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas berbasis kelas (classroom action research) pada siswa kelas X MIPA 4 di SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung dalam upaya meningkatkan motivasi siswa. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewi.
Menurut Sugiyono (2009) Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1.      Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
2.      Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

D.4  Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1.      Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2.      Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung.
3.      Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah foto saat proses pembelajaran berlangsung. Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitan ini terdiri atas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hand out, lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi, dan lembar angket motivasi siswa. Indikator keberhasilan penelitian adalah motivasi siswa mengalami peningkatan dan berkategori baik, keterlaksanaan RPP minimal terlaksana dengan baik, hasil belajar siswa memenuhi ketuntasan secara klasikal, dan aktivitas siswa berkategori baik.
D.5  Teknik Analisis Data
a.      Analisis Data Kuantitatif
Analisis hasil pengisian angket motivasi dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing butir pada lembar angket.
Tabel.1 Penskoran Angket Motivasi siswa

Skor Jawaban
SS
S
KS
TS
STS
Pernyataan Positif (+)
5
4
3
2
1
Pernyataan Negatif (-)
1
2
3
4
5

Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Selanjutnya cari rata-rata angket motivasi dengan cara statistik kuantitatif deskriptif :
a.         Menghitung banyaknya siswa yang melakukan aktivitas sesuai indikator     yang diamati.
b.        Mencari besar persentase skor aktivitas belajar-belajar siswa setiap indikator yang diamati pada setiap siklus dengan cara :
Persentase = x 100
c.       Menghitung rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus.
d.      Mengkategorikan rata-rata keaktifan belajar siswa pada setiap indikator yang diamati pada setiap siklus, sesuai dengan kategori yang telah ditentukan untuk membuat kesimpulan mengenai aktivitas belajar siswa.
Menurut Riduwan (2007), kriteria persentase untuk skor hasil angket motivasi siswa terhadap pelajaran fisika, sebagai berikut :
Tabel.2 Kriteria persentase untuk skor hasil angket motivasi siswa
Persentase yang diperoleh
Keterangan
85% ≤ P ≤ 100%
Sangat Tinggi
70% ≤ P ≤ 85%
Tinggi
55% ≤ P ≤ 70%
Sedang
40% ≤ P ≤ 55%
Rendah
0% ≤ P ≤ 40%
Sangat Rendah



b.      Analisis Data Kualitatif
Adapun teknik analisa data untuk data kualitatif menggunakan teknik coding. Coding merupakan proses mengorganisasikan data dengan mengumpulkan potongan (bagian teks atau bagian gambar) dan menuliskan kategori dalam batasan-batasan (Creswell, 2015). Langkah ini melibatkan pengambilan data tulisan atau gambar yang dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat atau gambar kedalam kategori, kemudian melabeli kategori dengan istilah khusus.

D.6  Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian tindakan kelas ini ditunjukkan dengan perubahan ke arah perbaikan, terkait dengan motivasi belajar di kelas X MIA 4 SMAN 2 Muaro Jambi.
Peningkatan motivasi siswa dilihat dari aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar ≤ 70 %.

D.7   Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research), pengertian penelitian tindakan kelas untuk mengidentifikasi penelitian kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiry, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Wiriaatdaja, 2005).
Penelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar (Arikunto, 2006).
Tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus, setiap siklus meliputi 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Refleksi dari siklus pertama digunakan sebagai patokan untuk perbaikan tindakan pelaksanaan siklus selanjutnya. Alur penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1.1 Bagan alur penelitian tindakan kelas (Wiriaatdaja, 2005)
Adapun uraian masing-masing tahapan pada bagan alur di atas adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Suhardjono, 2002).
2.      Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatihkan kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di kelas sesuai dengan skenarionya (Suhardjono, 2002).
3.      Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran (Arikunto, 2002).
Menurut Arikunto (2002) pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Penelitian data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dll) atau data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, dan lain-lain.
4.      Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang telah dilakukan (Arikunto, 2002).
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan, jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat diatasi.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran. Jadi keseluruhan pelaksanaan tindakan kelas ini memerlukan 8 jam pelajaran.
Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Pra Siklus
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti yaitu pada pembelajaran fisika kelas X MIPA 4 SMA Negeri 2 Muaro Jambi diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa di kelas X MIPA 4 merupakan yang paling rendah dibandingkan kelas X lainnya. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa cenderung pasif di kelas dan malas untuk membaca. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan sering memberikan tugas tanpa mengecek pemahaman siswa dan tidak memberikan umpan balik. Oleh karena itu perlu disusun rencana pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
Adapun perencanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Persiapan
a.       Membuat silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Dalam silabus mata pelajaran fisika konsep lingkungan memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pembelajaran, sistem penilaian, alokasi waktu, dan alat/sarana/sumber belajar. Berdasarkan silabus, persiapan pembelajaran dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran secara rinci.
b.      Mempersiapkan skenario pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran konsep lingkungan dilakukan dengan metode observasi dan diskusi melalui model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Setiap siklus dilakukan refleksi untuk menganalisa pelaksanaan tindakan.
2.      Penyusunan Instrumen
Instrumen ialah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah angket motivasi yang dibuat peneliti sendiri, sehingga perlu divalidasi untuk mengetahui cocok atau tidak isi angket tersebut.
3.      Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II
Pelaksanaan tindakan yang akan peneliti lakukan dengan tahapan-tahapan tindakan sebagaimana yang tercantum dalam skenario pembelajaran. Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :
a.       Siklus I
1)      Perencanaan
a.       Peneliti menyusun angket motivasi siklus I, merancang pembelajaran menggunakan metode ceramah disertai apersepsi dan humor.
b.      Peneliti menyiapkan pendokumentasian, lembar refleksi dan evaluasi.
2)      Tindakan
Peneliti melaksanakankegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat, kemudian di  akhir jam pelajaran peneliti memberikan angket motivasi kepada siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya.
3)      Pengamatan atau Observasi
a.       Peneliti mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
b.      Peneliti mengamati perubahan-perubahan respon peserta didik selama pembelajaran berlangsung setelah diberikan motivasi.
c.       Peneliti mengamati atau mencatat siswa yang aktif, atau berani menjawab pertanyaan.
4)      Refleksi
a.       Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I.
b.      Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II.

b.      Siklus II
Pada prinsipnya semua kegiatan siklus II hampir sama dengan kegiatan siklus I, siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.

E.     DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Riduwan. 2007. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika.                              Bandung: Alfabeta.
Arends, R.I. 2001. Exploring Teaching: An Introduction to Education.                          New York: Mc Graw-Hill Companies.
Arikunto,  S.  2002. Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktek.                          Jakarta: Rineka Cipta.
Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta :                  Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka                  Cipta.
Hannan, Athiyah. 2007. Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja.                           Jakarta : Sinar Grafika Offset.
Ike, Yunita. 2005. Prinsip Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Minat                      Belajar Anak. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Jon E. Roeckelein. 2013. Kamus Psikologi: Teori, Hukum, dan Konsep                         Edisi pertama. Jakarta: Kencan.
Kismoyowati, A. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Kegiatan Belajar                    Siswa Terhadap Kecakapan Hidup Siswa. Jurnal ISSN 12112-                 565X.120 (1).120-126.
Koes, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: JICA.
Kosasih. 2015. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi                                    Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.
Maunah, B. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Teras.
Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja                      Rosdakarya.
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan                                   Mengajar.        Jakarta : Bumi Aksara.
Nur, Muhammad dan Soeparman Kardi. 2000. Pengajaran Langsung.                          Surabaya: Unesa University Press.
Oemar, Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rooijakkers, Ad. 2010. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.
Rosdiani, D. 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan                           Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar.                         Jakarta:  Raja Grafindo Persada.
Sudirman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:                                Rajawali Pers.
Sugiyono.    2009. Metode    Penelitian    Pendidikan (Pendekatan                                 Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.
Suhardjono. 2002. Peneliti Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan                                        Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Bumi Aksara.
Uno,   Hamzah   B.   2007. Model   Pembelajaran   Menciptakan   Proses                     Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi                                     Aksara.
Uzer, Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:                    Bumi Aksara.
Winkel,  W.  S.  2004. Psikologi  Pendidikan  dan  Evaluasi  Belajar.                            Jakarta:  PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wiriaatmadja,   Rochiati.   2005.   Metode   Penelitian   Tindakan   Kelas.                     Bandung:   Remaja   Rosdakarya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XI Materi Asas Black