ANALISIS FILM FREEDOM WRITERS
1. Tokoh-tokoh
dalam Film Freedom Writers
Ø
Vanetta Smith sbg
Brandy Ross
Ø
Gabriel Chavarria
sebagai Tito
Ø
Antonio Garcia
sebagai Miguel
Ø
Sergio Montalvo
sebagai Alejandro Santiago
2. Sinopsis film Freedom Writers
Freedom Writers adalah salah satu film yang sangat
menginspirasi bagi para remaja. Film ini menceritakan kisah perjuangan seorang
guru di Amerika Serikat wilayah New Port Beach untuk membangkitkan semangat
belajar siswanya yang mana para siswa tersebut berasal dari kumpulan siswa yang dilatar belakangi masalah
kehidupan yang begitu besar. Ia bernama Erin Gruwell, ia adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi yang datang
ke Woodrow Wilson High School dan menjadi guru di sekolah itu, di mana di dalam kelas tersebut terdapat beragam
geng ras yang selalu duduk mengelompok, mereka tidak mau akur di dalam satu
kelas, mereka berkumpul atas dasar kelompok ras mereka masing-masing, seperti
ras kamboja, kulit hitam, latin, dan kulit putih. Hal tersebut dilatar
belakangi oleh kehidupan nyata mereka yang mana selalu terjadi peperangan antar
ras seperti yang mempunyai kulit hitam jika tertangkap maka akan ditembak di
kota itu, dan pada saat itu permasalahan ini sedang hangat diperbincangkan
tentang isu peperangan antar ras tersebut. Ia memasuki dunia pendidikan yang rasis setelah dua tahun
keributan L.A menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Dengan penuh harapan
dan semangat yang luar biasa, Erin mengajar bahasa Inggris di kelas 203.
Dengan penuh
semangat Erin memasuki kelas 203, bahkan ia datang sebelum satu murid pun
datang ke kelas itu. Tak lama kemudian Erin menunggu barulah bermunculan para
murid yang datang dan masuk ke kelas itu. Mereka masuk dengan sikap yang sangat
sombong dan tidak sopan dengan raut wajah yang begitu angkuh. Dan mereka pun
duduk berdasarkan geng mereka masing-masing.
Pada awal
kedatangan Erin, tidak ada satu murid pun yang menyukai kedatangannya, sama
sekali tidak ada yang tertarik kepadanya. Namun, dengan ramahnya Erin tetap
memberi sapaan dan senyuman hangat kepada mereka seolah tanpa ada perasaan
tidak disukai oleh muridnya. Mereka sangat sentimen terhadap orang berkulit
putih. Karena kebanyakan di kota itu yang melakukan penembakan terhadap ras
kulit hitam adalah ras kulit putih. Mereka menganggap bahwa Erin tidak mengerti
apapun tentang kehidupan mereka yang keras, kehidupan yang selalu berada di
bawah bayang-bayang perang dan kekerasan. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana
caranya mereka selamat dari kekerasan, hingga penembakan yang mengatasnamakan
ras. Bahkan pada hari pertama ia mengajar di kelas itu, Erin sudah menyaksikan
perkelahian antara Jamal dan Andre Brion. Erin sangat kaget melihat kejadian
itu bahkan hal itu di luar dugaan Erin. Tetapi Erin tidak menyerah begitu saja,
Erin mengobservasi bagaimana kondisi murid-muridnya. Erin berusaha mencari tahu
sebenarnya apa yang terjadi diantara murid-muridnya tersebut agar ia bisa
memperlakukan muridnya dengan cara yang tepat sehingga murid-muridnya yang
nakal dan acuh terhadap pendidikan itu bisa bersemangat untuk bersekolah.
Selama Erin
menjadi guru di sekolah itu, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
Erin, selain dari para muridnya juga dari pihak sekolah yang juga rasis.
Diskriminasi yang dilakukan oleh pihak sekolah, seperti pemisahan kelas, serta perbedaan
fasilitas yang terlihat antara ras kulit putih dan ras lain itu membuat Erin
miris. Selain itu, pekerjaannya ini juga tidak didukung oleh ayahnya. Hanya ada
suaminya yang pada awalnya mendukung perjuangan Erin ini.
Setiap hari,
dengan penuh semangat Erin mengajar di kelas 203 itu walaupun di kelas itu
sering terjadi keributan antar geng. Di dalam kelas itu jika ada salah seorang
murid saja yang salah ucap maka terjadilah perkelahian diantara mereka. Namun
Erin tetap sabar dan mencoba mengatasi semuanya dengan baik di kelas itu.
Erin adalah
wanita yang sangat cerdas. Setiap hari dia selalu memikirkan cara bagaimana
agar membuat para muridnya itu menjadi baik. Agar keberadaannya di kelas itu
diakui oleh para muridnya, Erin terus mencari cara untuk melakukan pendekatan
dan metode pengajaran yang tepat di kelas itu. Berbagai cara yang dilakukan
Erin, mulai dari setiap hari selalu memberi cerita motivasi kepada seluruh
muridnya yang mana salah satu yang ia ceritakan mengenai Holocaust. Namun semua
muridnya belum bisa menerima, karena mereka berfikir Erin tidak paham dengan
keadaan kehidupan mereka di luar sebenarnya seperti apa.
Erin paham
mengenai masalah itu, lalu Erin berniat untuk memberi mereka buku bacaan.
Awalnya Erin ingin meminjamkan mereka buku di perpustakaan, namun ternyata dari
pihak sekolah tidak mengizinkan bagi murid kelas 203 untuk meminjam buku di
perpustakaan sekolah dikarenakan pihak sekolah tidak bisa percaya dengan sikap
mereka yang brutal itu. Erin pun merasa miris dengan keadaan ketidak adilan itu
justru juga mereka dapatkan di sekolah. Dengan gigihnya niat Erin untuk
memperbaiki pola belajar muridnya itu, Erin rela bekerja paruh demi membelikan
mereka buku bacaan tentang
kehidupan gank yang lekat dengan keseharian mereka. Dan akhirnya Erin pun
membelikan merka buku bacaan yang berjudul “The Diary of Anne Frank”.
Selain itu,
untuk mencoba lebih dekat dan mengerti keadaan mereka, Erin memberikan mereka
sebuah jurnal kosong yang mana jurnal itu diberikan ke masing-masing murid dan
ia menyuruh muridnya untuk menjadikan jurnal itu sebuah diary yang menceritakan
apa saja yang ingin mereka kemukakan dari kehidupan mereka setiap hari. Cara
itu berhasil, semua muridnya mengikuti perintahnya dan mereka semua setiap hari
menulis semua kejadian yang mereka lihat maupun alami setiap harinya. Dengan
membaca semua tulisan mereka Erin semakin paham akan kehidupan nyata mereka.
Kemudian di
suatu hari di dalam kelas ia membuat sebuah games yaitu line games yang mana ia
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan keadaan yang mereka
rasakan. Cara itu pun juga berhasil ia lakukan. Erin semakin bersemangat untuk
mengubah kehidupan anak-anak didiknya, serta menghapus batas tak terlihat yang
secara kultur memisahkan mereka dengan cara-cara yang mengagumkan.
Namun, sejak
Erin disibukkan dengan pendekatan terhadap anak-anak didiknya dan bekerja paruh
waktu, timbul masalah baru, ia diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya,
ayahnya yang semula tidak mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin.
Cara selanjutnya
yang dilakukan Erin adalah ia mengajak murid-muridnya untuk study tour keliling
museum. Erin ingin menyadarkan mereka bahwa apa nyang terjadi diantara mereka
belum seberapa dibanding penderitaan yang dialami para korban Holocaust yang
hidup di jaman kekuasaan Hitler seperti Anne Frank. Tour keliling museum ini
memberikan dampak positif bagi para siswa Erin. Dalam kegiatan tersebut, Erin
mempertemukan mereka dengan para korban Holocaust. Dan mereka pun mulai
berbincang-bincang. Perilaku murid-murid Erin sedikit demi sedikit mulai
membaik, mereka terlihat lebih akrab dan satu sama lain. Seperti Marcus yang
berkulit hitam mau berinteraksi dengan Ben yang berkulit putih. Kedekatan
diantara mereka pun mulai terlihat. Dan Erin sangat senang melihat keadaan para
muridnya yang membaik.
Setelah semua
siswa membaca buku yang diberikannya kemarin yaitu buku yang berjudul “The
Diary of Anne Frank”, semua siswa diperintahkan oleh Erin untuk menulis surat
yang ditujukan ke Mrs.Miep Gies yang merupakan orang yang menolong Anne Frank.
Surat-surat itupun terkumpul dan Erin segera mengirimnya kepada mrs.Miep Gies.
Dengan perjuangan Erin mengundang mrs.Miep Gies ke sekolahnya meskipun pihak
sekolah tidak menyukai hal-hal yang dilakukan Erin. Akhirnya mrs.Miep Gies pun
datang ke sekolah itu dan menceritakan kejadian yang terjadi pada jaman
kekuasaan Hitler tersebut. Dengan mendengar semua cerita mrs.Miep Gies para
murid menjadi lebih mengerti.
Selain itu, Erin
juga memperlihatkan mereka video freedom ride yang berkisah tentang seorang
yang berkulit putih rela menyelamatkan ras kulit hitam meskipun harus merelakan
dirinya disiksa sampai hampir mati. Dengan melihat video ini Erin sangat
berharap para muridnya lebih mengerti apa artinya saling menghargai satu sama
lain tanpa memandang ras lagi.
Semua cara yang
dilakukan Erin berbuah hasil yang baik. Dari nilai oara muridnya yang awalnya F
bisa menjadi B, dan dari awalnya mereka yang rasis bakan tidak mengenal satu
sama lain dalam satu kelas mereka menjadi lebih akrab. Mereka yang semulanya
saling membenci satu sama lain karena perbedaan ras akhirnya menjadi berteman
dan tidak memandang ras lagi.
Buku harian yang
telah mereka tulis dikumpulkan menjadi satu dan kemudian diketik menjadi sebuah
buku. Dan buku itu lah yang pada akhirnya diberi judul “The Freedom Writers
Diary”.
3. Pendekatan
pembelajaran yang akan saya gunakan jika menjadi seorang guru seperti di dalam
film Freedom Writers
Hal utama yang diperhatikan guru sebelum mengajar adalah melakukan
pendekatan pembelajaran kepada para muridnya terlebuh dahulu sebelum memasuki
materi pelajaran. Karena, dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu kita
sebagai guru akan mengetahui semua permasalahan yang ada di kelas itu seperti
apa sehingga kita dapat menentukan strategi, metode ataupun model pembelajaran
yang akan dilakukan di dalam kelas itu seperti apa.
Jika saya ditempatkan mengajar di kelas yang
keadaan para muridnya seperti dalam film freedom writers maka tipe pendekatan
pembelajaran yang akan saya gunakan adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan
Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.
Menurut John
Dewey (1918) Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan,
adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami,
merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan,
siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerja sama,
siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
5. Mentransfer,
peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hapalan.
Dari
permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam film freedom writers tersebut
menurut saya tipe pendekatan yang paling cocok dilakukan adalah pendekatan
kontekstual.
Untuk jenis
pendekatan, maka saya akan menyesuaikan dengan keadaan kelas maupun keadaan
dari masing-masing siswa. Disini ketika di dalam kelas saya akan melakukan
jenis pendekatan berkelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan
dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak
didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius,
yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik
dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa
dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas
mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru
akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa
hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode
yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberikan kepada anak
didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan
kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan
hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam
pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik,
pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada
aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam
melakukan pendekatan kelompok.
Selain
pendekatan berkelompok, saya juga akan mengguanakn jenis pendekatan individual.
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap
anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan
individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.
Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode
tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga
guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual
terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat
pendekatan kelompok diperlukan.
Pendekatan
individual adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan
siswa sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual
memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal. Dasar
pemikiran dari pendekatan individual ini ialah adanya pengakuan terhadap
perbedaan individual masing-masing siswa. Sebagai individu anak mempunyai
kebutuhan dasar baik fisik maupun kebutuan anak untuk diakui sebagai pribadi,
kebutuhan untuk dihargai dan menghargai orang lain, kebutuhan rasa aman, dan
juga sebgai makhluk sosial, anak mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan
lingkungan baik dengan temannya ataupun dengan guru dan orang tuanya.
Pembelajaran
individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan
siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan
daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan
yang terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan
bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan
siswa dalam belajar.
Komentar
Posting Komentar